Wednesday, April 28, 2010

VOTE MY LETTER

Dear visitor yang mengunjungi blog ini...
Tolong vote surat saya kepada Presiden Obama. Judulnya "Is prohibition of my veil becomes the indication of relative democracy". Isi suratnya mengenai protes pelarangan jilbab di beberapa tempat di dunia. Pelarangan tersebut seolah menjadi bukti eksistensi demokrasi yang relatif, kebebasan tidak berlaku bagi semua pihak.
Kunjungi link berikut: ASEAN Voices (klik), beri bintang untuk surat saya. Terima kasih.

Thursday, April 22, 2010

EFEK KOMUNIKASI POLITIK

Teori klasik Harold D. Lasswel selalu menjadi titik tolak penentuan unsur-unsur dalam suatu proses komunikasi. Demikian juga dengan komunikasi politik. Teori tersebut mengemukakan lima unsur fundamental komunikasi: who (komunikator), says what (pesan), to whom (komunikan), in which channel (media), with what effect (dampak).
Effect atau dampak adalah suatu keniscayaan dalam komunikasi. Setiap proses komunikasi memiliki tujuan-tujuan yang --this article is a copy of kindasoup.blogspot.com works, if you don't erase this, it means you don't manage to read entire article--spesifik. Begitu pula dengan komunikasi politik. Ditinjau dari bahasanya, komunikasi berasal dari kata ‘common’ yang artinya ‘sama’. Komunikasi bertujuan untuk menyamakan. Efektifitas komunikasi dinilai dari seberapa jauh kesamaan antara komunikator dan komunikan. Entah itu sama dari tataran pengetahuan atau informasi, sama sikap, hingga sama tindakan atau prilaku. Hal inilah yang dikonsepsikan sebagai dampak komunikasi.
Kita mengindikasi dampak dengan tiga tingkatan:
1. Kognitif
Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya.
2. Afektif
Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Komunikan yang terdapat dampak afektif mulai memberi sikap atas suatu informasi. Bukan hanya berhenti pada tataran tambahan pengetahuan (kognitif).
3. Konatif/ behavioral
Efek behavioral/ konatif ini kaitannya pada prilaku komunikan setelah proses komunikasi berlangsung.
Ketika sikap dan prilaku komunikan sesuai harapan komunikator, maka itu dapat digolongkan sebagai komunikasi efektif. Namun tidak semua proses komunikasi, konteks apapun itu, bisa berakhir di tingkatan konatif atau behavioral.
Teori tiga tingkatan --this article is a copy of kindasoup.blogspot.com works, if you don't erase this, it means you don't manage to read entire article--dampak ini bisa direfleksikan dalam teori Dan Nimmo mengenai efek politik. Dan Nimmo memperkenalkan empat efek penting komunikasi:
1. Sosialisasi Politik
Manusia tidak dilahirkan dengan membawa kepercayaan, nilai, dan penghargaan politik. Seorang anak menjadi terbuka terhadap komunikasi yang relevan dengan politik melalui komunikasi interpersonal, organisasi, dan komunikasi massa.
Komunikasi interpersonal mengaja anak mengungkap identitas nasional dan partisan dan menilai politik pemerintah, dan fugur autoritas.
Komunikasi organisasi, utamanya di sekolah, menambahkan informasi faktual, memperoleh kesadaran akan kewajiban kewarganegaraan personal bukan kolektif.
Komunikasi massa, anak mengikuti politik sebagai berita, memperoleh pengetahuan politik dan mengembangkan beberapa orientasi evaluatif, dan mulai ambil bagian afektif dalam politik.
2. Partisipasi Politik
Melalui sosialisasi politik, manusia mengembangkan kepercayaan, nilai dan pengharapan yang relevan dengan politik. Bagaimana seseorang berpartisipasi secara penuh dalam politik tergantung pada kuatnya sosialisasi politik yang ia dapatkan. Keterbukaan terhadap komunikasi politik dapat mempengaruhi orang agar secara aktif dapat terlibat dalam politik. Meski di samping itu, komunikasi politik bisa menekan partisipasi politik.
Konsekuensi komunikasi politik bisa primer dan sekunder. Akibat primer terjadi jika orang yang dipengaruhi itu telah melibatkan diri secara langsung ke dalam --this article is a copy of kindasoup.blogspot.com works, if you don't erase this, it means you don't manage to read entire article--proses komunikasi. Akibat sekunder terjadi jika orang tidak terlibat secara langsung dalam komunikasi terpengaruh oleh perubahan pada orang yang terlibat.
3. Mempengaruhi Pemilu
Propaganda, retorika, periklanan, promosi yang dilakukan oleh komunikator politik tak lain dan tidak bukan merupakan upaya komunikator politik untuk mendapatkan suara dalam sebuah pemilu.
Melalui perspektif seorang komunikan politik, yang telah belajar mengidentifikasikan diri dengan lambang-lambang politik yang signifikan, akan mengklaim dirinya. Ia, sebagai individu, mengembangkan citra dirinya sebagai bagian dari representasi politik.
4. Mempengaruhi Pejabat
Komunikasi politik selalu menganai komunikasi dua arah antara warga negara dan pejabat. Dalam setiap kajian komunikasi politik, terdapat diskusi mengenai keterkaitan opini publik dan kebijakan pemerintah.
Daftar Pustaka:
Ardianto, Elvinaro, dkk. 2007. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Nimmo, Dan. 2005. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media. Bandung: Rosda.
Nimmo, Dan. 2001. Komuniasi Politik: Khalayak dan Efek. Bandung: Rosda.



MEDIA & KHALAYAK KOMUNIKASI POLITIK

Teori klasik Harold D Lasswell mengemukakan lima elemen komunikasi, atau dalam hal ini, komunikasi politik: Who-says what-in which channel-to whom-with what effect. Who adalah komunikator, what berarti pesan, channel adalah media atau saluran, whom berarti komunikan, dan effect adalah dampak.
Pesan politik adalah lambang-lambang pembicaraan politik yang bisa merupakan kata-kata, gambar, dan tindakan. Atau kombinasi dari ketiga hal tersebut. Komunikator politik menyampaikan bentuk-bentuk simbolik dan kombinasinya ini dengan berbaga teknik dan media.
Teknik dan media tersebut antara lain:
1. Secara lisan, melalui pembicaraan personal
2. Melalui cetakan, seperti koran dan majalah
3. Teknik elektronik, seperti radio atau televisi

Maka, dapat dipahami bahwa saluran (channel) komunikasi politik adalah alat serta sarana yang memudahkan penyampaian pesan. Bahkan, dalam buku Dan Nimmo, disebutkan bahwa manusia juga merupakan saluran paling asasi dalam komunikasi. Dan Nimmo mengutip --this article is a copy of kindasoup.blogspot.com works, if you don't erase this, it means you don't manage to read entire article--George Miller yang menegaskan bahwa kita harus menganggap manusia sebagai saluran komunikasi, dengan masukan yang disediakan oleh rangsangan (input) yang kita berikan dan keluaran (output) yang merupakan tanggapannya terhadap ransangan itu.
Dengan kata lain, saluran komunikasi itu lebih daripada sekedar titik sambungan, tetapi terdiri atas pengertian bersama tentang siapa dapat berbicara kepada siapa, mengenai apa, dalam keadaan bagaimana, sejauh mana dapat dipercaya (Shibutani : 1966 dalam Nimmo : 1989).
Ada tiga tipe media komunikasi politik, yaitu (1) Komunikasi Massa, yang terdiri atas dua jenis: komunikasi tatap muka, seperti ketika kandidat politik berbicara di depan khalayak. Dan melalui perantara, seperti televisi. (2) Komunikasi Interpersonal, bisa berbentuk tatap muka atau melalui perantara, (3) Komunikasi Organisasi, menggabungkan penyampaian satu kepada satu dan satu kepada banyak.
Komunikasi merupakan perbuatan gabungan, atau transaksi antara sumber dan penerima. Khalayak komunikasi politik bukanlah wadah yang pasih yang ke dalamnya --this article is a copy of kindasoup.blogspot.com works, if you don't erase this, it means you don't manage to read entire article--para pemimpin politik dengan berbagai karakteristik dan motif hanya menuangkan beraneka imbauan dengan menggunakan bahasa, simbol, peranti, dan media yang menarik. Alih-alih, penerima adalah partisipan yang aktif dalam komunikasi dengan sumber.
Jika berbicara mengenai khalayak komunikasi politik, maka pembicaraan tak akan lepas dari opini publik. Opini publik adalah abstraksi dari khalayak komunikasi politik. Khalayak yang heterogen mengkristal menjadi opini publik.

KOMUNIKATOR POLITIK (Dalam Unsur-Unsur Komunikasi Politik)

Harold D. Lasswell seorang tokoh politik yang juga menggagas kajian komunikasi politik melalui bukunya “Propaganda Technique in the World War” (1972), mengemukakan teori klasik:
Who-says what-in which channel-to whom-with what effect
Dalam ilmu komunikasi, Who adalah komunikator, what merupakan pesan, channel adalah media, whom adalah komunikan, effect yaitu dampak yang dihasilkan dari komunikasi tersebut. Teori klasik ini kemudian banyak --this article is a copy of kindasoup.blogspot.com works, if you don't erase this, it means you don't manage to read entire article--direfleksikan ke dalam kajian-kajian lain, termasuk kajian politik. Teori tersebut lalu menjadi:
Siapa-mendapatkan apa-kapan-dan bagaimana
Salah satu defenisi ilmu politik yang umum, yakni ilmu politik merupakan ilmu tentang kekuasaan. Jadi, dalam refleksi teori Harold D. Lasswell tadi, berfokus pada siapa yang mendapatkan kekuasaan, kapan dan bagaimana. Komunikasi Politik sendiri adalah suatu bidang atau disiplin yang menelaah prilaku dan kegiatan komunikasi yang bersifat politik, mempunyai akibat politik, atau berpengaruh terhadap prilaku politik.
Komunikasi politik sebagai Body of Knowledge juga terdiri atas berbagai unsur, yakni: sumber (komunikator), pesan, media, penerima, dan efek (Nimmo: 1978, Mansfield dan Weaver: 1982, Dahlan: 1990 dalam Cangara: 2009)

1. Komunikator Politik
Komunikasi politik tidak hanya menyangkut partai politik, melainkan juga lembaga pemerintahan legislative, dan eksekutif. Dengan demikian, sumber atau komunikator politik adalah mereka-mereka yang dapat memberi informasi tentanghal-hal yang mengandung makna atau bobot politik, misalnya presiden, menteri, DPR, MPR, KPU, --this article is a copy of kindasoup.blogspot.com works, if you don't erase this, it means you don't manage to read entire article--gubernur, bupati, DPRD, Politisi, fungsionaris partai politik, fungsionaris Lembaga Swadaya Masyarakat, dan kelompok-kelompok penekan yang bisa memengaruhi jalannya pemerintahan
2. Pesan Politik
Pesan politik adalah pernyataan yang disampaikan, baik secara tertulis maupun tidak tertulis, baik secara verbal maupun nonverbal, tersembunyi maupun terang-terangan, baik yang disadari maupun yang tidak disadari, yang isinya mengandung bobot politik.
3. Media Politik
Saluran atau media politik ialah alat atau sarana yang digunakan oleh para komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan politiknya.
4. Sasaran atau Target Politik
Sasaran adalah anggota masyarakat yang diharapkan dapat memberi dukungan dalam bentuk pemberian suara --this article is a copy of kindasoup.blogspot.com works, if you don't erase this, it means you don't manage to read entire article--(vote) kepada partai atau kandidat dalam pemilihan umum.
5. Pengaruh atau Efek Komunikasi Politik
Efek komunikasi politik yang diharapkan adalah terciptanya pemahaman terhadap sistem pemerintahan dan partai-partai politik, di mana nuansanya akan bermuara paa pemberian suara atau vote dalam pemilihan umum.


Tuesday, April 6, 2010

...

If there's a chance, that available for me, and allows me to ask one most wanted thing in this world. I would ask the offerer to repeat my childhood.

Yes, i'm missing my childhood these lately days. When everything unlikely now. When i don't need to think about many stuff. When i was with my bestfriend. When mom and dad weren't as busy as now. When i have all my siblings home. When my lovable maternal grandmother's alive. When he was arround. When i live my happiest life.

My sufferings of missing become terrible, that my heart wound so much, my eyes feel pain of struggling tears. And it grows so much painful, when i visit my grandma's house today, and i smell my past there.

Allah, is there anything left for me except regretfulness and sins? Please forgive me to beg like this. Sometime i feel like repeating, and i want to restart a better new life. But i'm uncommonly sure, it was helpless and i'm hopeless. I believe You won't give us barriers and obstacles that we couldn't manage. I believe that.

I'm just missing my childhood badly.