Wednesday, February 23, 2011

Lily & Riri Mengajak Kami ke Rumata'

...lucu bagaimana takdir mempermainkan kita...
***

"Halo, ini Rido ya?"
"Ya."
"Saya Riri Riza, saya baru aja landing. Sekarang saya di airport ya."
"Saya juga sudah di bandara."
"Ok, ntar kalo sudah keluar saya hubungin lagi. Thanks ya."
Kalau saya masih sebelas tahun, saat saya duduk dalam bioskop bau menyan di jalan Bali, pasti bagi saya pembicaraan ini mustahil. Tapi ya, seperti kalimat di atas, lucu aja bagaimana takdir mulai mempermainkan kita. Sama dengan postingan sebelum ini tentang Habibie.
***

Persis saat saya mulai berjalan pelan-pelan, akhirnya saya kini benar-benar menikmati udara di setapak bernama hidup. Haha! Hidup ternyata aneh dan lucu.
***

Jadi kawan, tiga harian kemarin (18-20 Februari) saya menjadi 'supir' Riri Riza dan Lily Yulianty Farid. Bersama sobat saya yang sudah kayak mesin navigasi mobil otomatis:
"Ya, elu kanan aja depan Do!
Nah, kalo terus tol tuh.
Et,et,et... pelan-pelan RIDO!"
Beralih dari navigasi, rasa-rasanya saya masih agak-agak tidak percaya dengan apa yang menimpa saya ini. Om Riri dan Kak Lily adalah dua idola saya. Saya suka karya-karya Om Riri, dan saya senang membaca Makkunrai karya Kak Lily. Orang-orang besar itu ada dalam mobil yang sama dengan saya, mengobrolkan macam-macam. Kalau Om Riri, mulai dari isu penarikan film import, bassang, proyek film Om berikutnya, jam malam Maros (ini mah salah paham), dan lain-lain. Kalau sama Kak Lily ngobrolin Australia, Pak Syam, ayat-ayat cinta, flp, penulis favorit, dan ragam proyek print serta fotokopian.

Kalian mungkin pada bertanya dalam rangka apa sebenarnya saya mulai terlibat dengan orang-orang besar itu? Sebenarnya semua bermula dari kawan saya Cimbei alias Indah. Indah dapat info dari Ikes mengenai rumah budaya yang akan didirikan di Makassar, namanya Rumata'. Soft launching Rumata' membutuhkan volunteer. Dari situlah kami semua nimbrung dan tumplek sebagai panitia rangkaian acara Rumata' yang bejibun.

Alhamdulillah, seluruh rangkaian kegiatan sudah berlalu dengan lancar, tanpa hambatan berarti semisal gempa bumi. Dan kami resmi jadi angkatan pertama Sahabat Rumata'. Tapi, begitu acara ini selesai saya jadi sadar akan satu hal: saya belum pernah foto bareng Om Riri maupun Kak Lily. Gila kagak tuh? Entah saya yang kesibukan atau kelupaan mulu kalau ada sesi foto bareng, yang jelas saya tak pernah satu frame sama orang-orang besar itu. Hik.
-----kembali ke lucu aja si takdir mempermainkan saya.

Akhirnya saya cuma bisa motoin kenang-kenangan dari Om Riri dan Kak Lily ini:





























*Buat teman saya (yang ngerasa aja), harap pelan2 kalau baca judul di atas. Hihi

Saturday, February 12, 2011

Northern Lights

Consider this as a gift from me. Here, i'll introduce you to an amazing young pianist and composer: Emily Bear. She's 9 years old now, and already composing about 350 notes! She was discovered 3 years ago, and now become the ultimate youngest pianist and composer on the planet. I love to hear every piece she's made, and especially this piece. It called Northern Light.


To find out more about Emily Bear, you can click the youtube account on this video, and check the related videos, or visit: www.emilybear.com
Alhamdulillah for this week.

BJ Habibie, Adrie Subono, dan Raidah

Catatan ini mungkin akan mengecewakanmu, karena tak se'besar' judulnya. Ini cuma satu scene pada satu film, kalau di dunia skenario. Mungkin durasinya tak lebih dari semenit, tapi bisa saya pastikan, saya akan mengingat scene ini seumur hidup saya.
*
1: Petugas: Ayo, maju mbak (mempersilahkan Raidah ke meja di mana seorang pria tua berkacamata dan berkopiah duduk)
2: Raidah melangkah dan duduk di sisi sang pria tua. Pria itu menerima buku, menandatanganinya.
3: Adrie Subono: pastiin dulu, ini bener dua buku ya? (melihat buku)
4: BJ Habibie: Dewiyanti?
5: Raidah: benar pak, Raidah dan Dewiyanti.
6: BJ Habibie menandatangani buku ke dua, mengulurkan tangan untuk bersalaman.
7: Raidah menangkup tangan di bawah dagu.
8: BJ Habibie tersenyum dan menepuk bahu Raidah.
9: Raidah berlalu.
*
Memang tidak lama, cuma sepersekian menit, tetapi sepersekian menit ini cukup untuk membuat saya bahagia. Pada tahun 1998 saya pernah bercita-cita bertemu dengan beliau, seperti Joshua waktu itu, tetapi saya tahu anak udik macam saya mana mungkin bertemu orang penting, berpengaruh dan jenius seperti beliau. Hari ini anak udik telah salah. Dan inilah takdir Allah.

Alhamdulillahi rabbil 'alaamiin.

Sunday, February 6, 2011

Ngoprek Buku di Hari Minggu

Entah sejak kapan mulainya, tapi tiap akhir pekan, saya pasti selalu sibuk dengan kesibukan yang saya buat sendiri. Minggu ini saya bikin kesibukan aneh lagi, membongkar dan menyusun semua buku di rak buku kami. *bahasa persianya: jamangjamangbukku' , tapi kesibukan ajaib ini bukan nemplok demikian aja di otak saya, tapi Aba saya yang oke banget itu, udah lama mengomando saya bersama batalion agar menyusun buku sesuai kategori. Emang susunan buku di rak buku kami rada-rada batagor: buku manajemen, di sampingnya buku tauhid wahabi, di sampingnya lagi sejarah makassar, di sebelahnya lagi komik *nah lho?!

Walhasil, hidayah emang datangnya dari Allah, pas saya lagi berpikir untuk bikin empek-empek, saya terhidayahi bahwa naga-naganya, menyusun buku lebih penting. Harus dilaksanakan dalam tempo sesingkat-singkatnya.

Kemudian sayapun ngoprek-ngoprek buku dengan bantuan batalion 1-3. Masing-masing adalah Dede, Fadel, dan Aan.
Ga pake badai, ini living room jadi kayak kapal robek *bosen ah, kapal pecah. Sampai-sampai dua ekor oviprator dan triceratop ikut kebawa pusaran angin dari jaman jurasik *ngaco.com. Diiringi lagu Maher Zain "baarakallohu lakuma, wa baaraka 'alaikuma, wa jama'a baynakuma fii khoir~" saya mulai mengkategorikan buku. Ini bagian paling sulit, saudara-saudara. Sampai kepala saya pening baca judul-judul plus intip-intip dalamnya biar ga salah kategori. Belum lagi batalion-batalion saya ga bisa diminta bantuan. Satunya sibuk main game, satu sibuk makan, satu sibuk main sama dinosaurus.

Setelah agaknya saya hampir pingsan, dan adzan ashar berkumandang, kegiatan kategorisasi akhirnya selesai. Pas juga lagunya Maher Zain yang "alhamdulillaaaah~ alhamdulillaaaah~ our praise is to Allah~"
Rapih, kan? Kayaknya saya mesti dapat penghargaan. Ngomong2 soal tangga dalam foto, bisa disimpulkan bahwa selain oprek-er buku orangnya mungil, unyuu banget *ini maksa, rak buku ini emang ketinggian. Dan semoga postingan ini bisa dijadikan salah satu kisah keteladanan *labil.com

NB: ngomong-ngomong soal buku, saya rekomendasi bukunya Habibie nih "Habibie & Ainun", keren abis, saudara-saudara! Oiya, pas saya beli bukunya di Gramedia MP, dikasih tau kasir bahwasanya Pak Habibie akan datang ke Gramedia MP pada tanggal 12 saudara-saudara!

Tuesday, February 1, 2011

February Song


Where has that old friend gone
Lost in a February song
Tell him it won't be long
Til he opens his eyes, opens his eyes
Where is that simple day
Before colors broke into shades
And how did I ever fade into this life, into this life

And I never want to let you down
Forgive me if I slip away
When all that I've known is lost and found
I promise you I, I'll come back to you one day

Morning is waking up
And sometimes it's more than just enough
When all that you need to love
Is in front of your eyes. It's in front of your eyes

And I never want to let you down
Forgive me if I slip away
Sometimes it's hard to find the ground
Cause I keep on falling as I try to get away from this crazy world
February Song-Josh Groban

(Ever since 2007, i played this song on 1st February. It reminds me nice, yet bitter memories)