Friday, November 22, 2013

Saya? Merah muda ?


Rasa-rasanya dulu saya selalu berjilbab hitam ke mana-mana, dengan ransel hitam berat dipunggung, dan sepatu putih yang kata Fikri mirip sepatu seragam siswa di Jepang -entah dia pernah lihat di film apa. Orang sering bilang apa yang kita kenakan menampilkan kepribadian kita. Dan lihatlah semerah muda apa saya menjadi selama di Belanda kemarin:
  
Percayalah, bukan saya yang mendadak merah muda. Semua barang di atas adalah pemberian orang. Jilbab pink berenda itu adalah pemberian Daphne dan Mila, dua sahabat muallaf. Tas pink itu pemberian Teh Evi, Mba Fitri dan Ari, saudari pengajian imigran Belanda. Baju yang pink menyala itu pemberian Aicha, sahabat kursus Bahasa Arab di masjid Maroko. Gelang pink dengan charm beragam rupa itu pemberian Mariana, sahabat di kampus. Gamis pink bersulam itu pemberian Mbak Rahmi, juga saudari pengajian di Belanda yang tengah menempuh studi master di Delft. Dan saat masing-masing mereka mengangsurkan hadiah-hadiah itu, inilah alasan mereka:

"We don't know exactly but we just thought that you just look so... pink."
 

Thursday, November 14, 2013

Kita menuju Tilburg, air mata!



Tadi malam aku bermimpi menyambangi Tilburg lagi, tepatnya di universitasnya, di mana banyak rindu-rindu yang tak tunai.

Kuingat terakhir kali duduk di perpustakaannya saat musim panas masih tigaperempat, aku selalu duduk di sana. selalu! Selalu memikirkan tempat-tempat yang berbeda selagi bercakap mengenai residual suatu uji regresi.

Pernah kutulis sebuah cerita tentang kemungkinan alternatif, tapi cerita itu tak pernah menemui kata tamat, mungkin karena memang tak ada antiklimaks yang tak tertebak. Semua sudah jelas: besok aku harus terbang dengan kapal udara. Berapapun air mata yang tumpah karena ingin kembali dan tak ingin kembali. Entah ia memihak siapa.

Tapi air mata, jangan mengalir hari ini, aku sudah memiliki cara untuk kembali ke sana! Bahkan ke tempat lain yang hati tak pernah bisa berpaling darinya. Menemui orang-orang yang memiliki senyum-senyum paling murni sedunia.

Berjalan, menjaring sebanyak kenangan, kurangkai menjadi sebuah planet.

Planet yang jikapun kamu meneropong ke angkasa tak akan kau temukan. Planet yang jika kamu melakukan perjalanan, kamu tak pernah memerlukan kendaraan. Kamu akan tiba di sana, bahkan lebih cepat dari cahaya menyergapnya!

Di manakah letaknya planet yang bukan main itu, air mata?
                                          
Ah, kamu pun berasal dan substansi yang serupa.

Friday, November 8, 2013

24 Metaphor

I think 24 is a delicate snowflake. It will melt and gone before you perceive it landing on your coat. So did 23.

[]