Thursday, April 21, 2016

Mengabdi Karena Kamu. Iya Kamu.

Alhamdulillah ala kulli hal. Sungguh syukur yang teramat kepada Yang Maha Pemberi.
*
Rasanya baru kemarin saya berjalan di jalanan berbatu sebuah kampus swasta yang terletak di kawasan pendidikan kota Makassar, tibatiba saja hari ini saya telah dilantik menjadi dosen tetap. Slow and steady. Dua tahun menanti, meskipun bukan penantian yang benar-benar menghabiskan tenaga dan pikiran.
*
Sepulang kuliah s2 di negara oranye September 2013, saya mulai memikirkan tentang mau dibawa ke mana hasil pendidikan yang telah saya peroleh? Saya sempat mendaftar kemenlu dan lipi, kalau saja rezeki Allah letaknya di sana. Namun nihil, sampai Desember saya masih menjabat pengacara: pengangguran yang sungguh banyak acara. Akhirnya saya mencoba melamar jadi dosen. Saya bukan tipe pasif yang menunggu lowongan baru melamar, pasalnya saya percaya diri akan diterima... ya, insyaAllah! Memang harus pede dalam 'memarketingkan' diri, apalagi di dunia kerja.

Maka saya menarget kampus negeri islam dan satu kampus swasta islam. Bagaimana hasilnya? Kampus swasta menerima saya di tempat. Kampus negeri masih belum ada kabar, meski nyatanya saya sudah diterima dan dijadwalkan satu MK untuk tiga kelas berbeda.

Tetapi kita boleh menjadi dosen tetap pada satu institusi saja, kesetiaan saya berlabuh pada si swasta. Rasanya sangat nyaman mengajar di sini, semua dosen dan staf sangat ramah dan menjunjung tinggi kekeluargaan khususnya Bunda Dekan yang sangat baik. Saya merasa kebutuhan saya atas kenyamanan dan penghargaan terpenuhi di sini. Toh, saya bekerja untuk mengabdi, mencari uang adalah urusan kepala keluarga. Dan kalau saya ingin mengabdi, saya akan memastikan tempat saya mengabdi adalah tempat yang saya senangi. Stress free. Ini sudah jadi kesepakatan antara saya dan Pak Ihsan.

Jadi saya sudah mengajar cukup lama. Suatu ketika saat baru sembuh nifas, bu dekan menelpon dan meminta saya melengkapi berkas untuk nomor induk dosen di  direktorat jenderal perguruan tinggi. Pak Ihsan yang mendukung penuh karir sayalah yang pontang panting mengurus berkas sampai mewakili tanda tangan surat perjanjian. Alhamdulillah, syukur terbesar saya adalah bahwa saya memiliki Pak Ihsan yang selalu ingin melihat ibu dari anak-anaknya berkembang. Ia selalu bilang bahwa ia tidak ingin potensi dalam diri saya percuma.

Atas izin Allah dan kerja keras Pak Ihsanlah saya bisa duduk di auditorium Muhyiddin M Zain pada hari ini, dilantik menjadi dosen tetap for good.

Alhamdulillah. Amanah besar telah diletakkan di pundak saya.

Betapapun saya merasa bahagia dengan menjadi istri dan ibu di rumah purnawaktu, kerap saya merindukan dunia akademik. Belajar, mengajar,  menulis, berdiskusi... Dan Allah mendengarkan lirih kerinduan saya sekalipun tak pernah terucap... dengan mengarahkan langkah kaki saya ke kampus UIM AlGhazali, dengan mempertemukan saya dengan Bunda Dekan FISIP, dan favorit saya adalah: memberi saya suami Muhammad Ihsan Sandira.

Terimakasih sayang.