REVIEW KOMUNIKASI MASSA: SUATU PENGANTAR (EDISI REVISI)Penulis: Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si Dra. Lukiati Komala, M.Si Dra. Siti Karlinah, M.Si Simbiosa Rekatama Media, Bandung.
Cetakan pertama edisi revisi: September 2007
Harga: Rp. 50.000,-
Tebal: i-xxi & 282 Halaman
Dewasa ini semakin banyak surat kabar dan majalah yang terbit di negeri kita, baik yang berskala regional maupun nasional, yang bersifat umum hingga yang memiliki segementasi tersendiri. Begitu pula dengan siaran radio dan televisi. Ketika seseorang mendengarkan siaran radio, menonton tv atau membaca Koran dan majalah, sebenarnya ia sedang diterpa atau menerpakan diri dengan media massa, di mana pesan media itu secara langsung atau tidak langsung tengah mempengaruhinya.
Sebagai contoh seorang mahasiswi perguruan tinggi negeri, ia menyetir mobil menuju kampusnya yang jauhnya 18 km sambil mendengarkan siaran radio, begitu tiba di perempatan lampu merah, ia membeli Koran, di kampus ia menghabiskan setengah jam untuk menyimak Koran. Ia tiba di rumahnya dan online di internet selama dua jam, belum lagi jika ia menonton tv selama dua jam kemudian sebelum ia tidur ia selalu menyempatkan membaca buku.
Peranan atau terpaan komunikasi massa terhadap mahasiswi itu sangat besar, sadar atau tidak hidupnya sudah dikendalikan media massa.
Mahasiswi tersebut merupakan sample dari populasi yang demikian luasnya yang mengalami hal sama. Tidak mengherankan jika Gamble dan Gamble (2001) menyebutkan bahwa paling tidak setiap orang menghabiskan sekitar tujuh jam untuk mengonsumsi media massa.
Mendapati kenyataan menarik mengenai pengaruh media massa ini, buku Komunikasi Massa: Suatu Pengantar hadir, mencoba menjabarkan pengantar-pengantar ringan mengenai komunikasi massa. Mulai dari pengertian, karakteristik, peranan, fungsi, proses, komponen, efek, model, hambatan, sistem, riset, etika komunikasi massa dan literasi media.
Buku bersampul hijau dan putih ini merupakan revisi dari edisi sebelumnya (2004) yang telah mengalami cetak ulang tiga kali dalam kurun waktu tiga tahun. Buku Komunikasi Massa: Suatu Pengantar mendapat sambutan luar biasa dari berbagai pihak, baik dari mahasiswa, dosen, praktisi komunikasi, maupun masyarakat umum.
Satu bab tambahan dari edisi --this article is a copy of kindasoup.blogspot.com works, if you don't erase this, it means you don't manage to read entire article--sebelumnya adalah Bab 10 yang membahas tentang literasi media. Selain itu, seorang penulis yang awalnya merupakan narasumber, Dra. Siti Karlinah, M.Si, kini turut berpartisipasi menyusun dan menambahkan materi pada edisi revisi buku ini.
Singkatnya buku ini terdiri dari sepuluh bab. Bab 1 merupakan bab pendahuluan yang mengemukakan pengertian komunikasi massa, karakteristik komunikasi massa, peranan komunikasi massa, fungsi dan bagaimana orang menggunakan media massa.
Bab I Buku Komunikasi Massa: Suatu Pengantar berisi pembahasan dengan memaparkan beberapa fenomena menarik mengenai pengaruh dan terpaan media massa kemudian beralih pada pengertian komunikasi massa itu sendiri, pengertian yang diberikan komprehensif karena mencakup beberapa teori komunikasi massa, mulai dari Bittner, Gerbner, Maletzke, Wright hingga Joseph A. DeVito.
Melalui berbagai pengertian dari para ahli tadi, penulis buku ini kemudian menyebutkan delapan karakteristik komunikasi massa: 1) Komunikator terlembagakan 2) Pesan Bersifat Umum 3) Komunikannya anonym dan heterogen 4) Media massa menimbulkan keserempakan 5) Komunikasi Mengutamakan isi ketimbang hubungan 6) Komunikasi Massa bersifat satu arah 7) Stimulasi alat indra terbatas 8) Umpan balik tertunda dan tidak langsung.
Peranan komunikasi massa dalam kehidupan kita sangat luar biasa, salah satu operasional sederhananya adalah kita mengetahui di mana supermarket yang menyediakan barang kebutuhan kita karena adanya iklan pada komunikasi massa. Melalui komunikasi massa kita menjadi tahu berbagai macam informasi. Buku Komunikasi Massa: Suatu Pengantar memberikan sebuah pandangan dari Gamble dan Gamble (2001) bahwa sejak lahir sampai meninggal, semua bentuk komunikasi memainkan peranan dan menjadi bagian yang menyatu dalam kehidupan manusia. Apapun pekerjaan, kegiatan atau waktu luang seseorang, komunikasi merupakan salah satu factor yang memiliki peranan dalam kehidupan mereka. Lebih jauh lagi, Bab I menyajikan berbagai fungsi media massa yang dikemukakan oleh beberapa pakar ilmu komunikasi massa dan pembahasan mengenai bagaimana orang menggunakan media massa.
Bab II berisi pengertian proses komunikasi massa, yang umumnya (seperti yang dikemukakan Schramm) memerlukan tiga komponen yaitu source, message dan destination atau --this article is a copy of kindasoup.blogspot.com works, if you don't erase this, it means you don't manage to read entire article--komunikator, pesan dan komunikan. Dengan kata lain tanpa salah satu ketiga komponen maka tidak akan terjadi proses komunikasi. Oleh karena itu komponen-komponen utama mutlak ada pada proses komunikasi, dalam kontekstual apapun, termasuk konteks komunikasi massa. Teori ini mengantar kita pada komponen-komponen yang terdapat dalam komunikasi massa oleh Hiebert, Ungurait dan Bohn (1975) yaitu: communicators, codes and content, gatekeepers, the media, regulator, filters, audiences dan feedback. Dalam Bab II juga dijelaskan mengenai efek komunikasi massa baik itu efek kehadiran media massa sebagai benda fisik (Koran, televisi, dll) maupun sebagai pesan (Steven M. Chaffee).
Bab III mencakup teori dan model komunikasi massa. Bab ini sangat diperkaya oleh berbagai teori dan model komunikasi massa. Mulai dari teori Jarum Hipodermik yang merupakan awal efek komunikasi massa pada tahun 1970-an, teori Komunikasi Banyak Tahap, Teori Proses Selektif, Teori Pembelajaran Sosial, Teori Difusi Inovasi, dan Teori Kultivasi. Begitu pula dengan model-model komunikasi massa. Sebagaimana yang Prof. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D ungkapkan dalam bukunya Ilmu Komunikasi (2007:131) bahwa untuk lebih memahami fenomena komunikasi, kita perlu menggunakan model-model komunikasi. Maka buku ini memberikan berbagai model yang dikenal dalam komunikasi massa, beberapa di antaranya adalah model Shannon dan Weaver, Harold D. Lasswell dan HUB (Hiebert, Ungurait, dan Bohn) yang terkenal.
Bab IV melengkapi buku Komunikasi Massa: Suatu Pengantar dengan menyatakan bahwa setiap kegiatan komunikasi, pasti akan menghadapi berbagai hambatan. Hambatan yang tentunya akan mempengaruhi efektivitas proses komunikasi tersebut. Dalam Bab IV dirumuskan hambatan komunikasi massa ada tiga: 1) Hambatan Psikologis yang berupa kepentingan, prasangka, stereotip, dan motivasi 2) Hambatan Sosiokultural yang antara lain aneka etnik, perbedaan norma sosial, komunikan yang kurang mampu berbahasa Indonesia, factor semantic, pendidikan yang belum merata, serta hambatan mekanis 3) Hambatan Interaksi Verbal yaitu hambatan polarisasi, orientasi intensional, evaluasi statis dan indiskriminasi.
Bab V menyebutkan bentuk-bentuk media massa, sejarah, fungsi, karakteristik serta fenomenanya: surat kabar, majalah, radio siaran, televisi, film dan computer serta internet.
Bab VI lebih jauh lagi memaparkan mengenai media dan sistem pemerintahan, pola hubungan media massa dan pemerintahan. Pola hubungan media massa dan pemerintahan di suatu Negara erat kaitannya dengan sistem dan struktur politik yang berlaku di Negara di mana kedua lembaga tersebut berada. Sehingga dapat dikatakan bahwa sebuah media massa mencerminkan falsafah politik Negara yang bersangkutan. Dalam hal ini pers. Pers menggambarkan sebuah Negara --this article is a copy of kindasoup.blogspot.com works, if you don't erase this, it means you don't manage to read entire article--dapat dilihat melalui teori pers (Siebert dkk.): Teori Otoriter, Teori Liberal, Teori Tanggung Jawab Sosial, Teori Soviet Totalitarian. Semantara sistem pers di Indonesia tidak dapat dikategorikan pada salah satu teori yang dikemukakan Siebert dan kawan-kawan. Sistem pers di Indonesia memiliki kekhasan karena ideology dan falsafah Negara Indonesia yang khas pula.
Bab VII berisi pembahasan tentang riset komunikasi massa yaitu upaya mencari data tentang khalayak yang dapat diinterpretasikan menjadi informasi yang dibutuhkan. Data yang dicari melalui riset khalayak dikelompokkan ke dalam: 1) audience profile atau profil khalayak 2) media exposure atau terpaan media 3) audience rating atau peringkat khalayak dan 4) efek komunikasi bermedia (Sari. 1993:28). Riset khalayak ini berperan dalam memberikan ciri ilmiah dan mengembangkan suatu sistem pengetahuan, serta dapat pula memberikan informasi kepada stasiun penyiaran tentang profil khalayak dan kebutuhannya.
Bab VIII berisi pembahasan mengenai Public Relations dan mitranya media massa atau pers yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, keduanya saling membutuhkan dan membentuk sinergi positif.
Bab IX mengemukakan etika komunikasi massa. Sobur (2001) menyebutkan etika pers atau etika komunikasi massa adalah filsafat moral yang berkenaan kewajiban-kewajiban pers tentang penilaian pers yang baik dan pers yang buruk. Dengan kata lain, etika pers adalah ilmu atau studi tentang peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku pers atau apa yang seharusnya dilakukan oleh orang-orang yang terlibat dalam kegiatan pers. Ada beberapa poin penting yang berkaitan dengan etika seperti yang dikemukakan Shoemaker dan Reese, dalam --this article is a copy of kindasoup.blogspot.com works, if you don't erase this, it means you don't manage to read entire article--Nurudin (2003), yaitu: 1) Tanggung Jawab 2) Kebebasan Pers 3) Masalah Etis 4) Ketepatan dan Objektivitas 5) Tindakan Adil untuk Semua Orang.
Bab X berbicara mengenai media literacy atau literasi media. Literasi Media adalah keahlian yang diambil begitu saja. Keahlian yang dapat dikembangkan melalui literasi media adlah berpikir bagaimana pentingnya media massa dalam menciptakan dan mengendalikan budaya yang membatasi kita dan hidup kita. Defenisi dari literasi menurut beberapa pakar adalah kemampuan membaca dan menulis atau melek aksara atau huruf. Budaya melek huruf menimbulkan efektifitas dan efesiensi penggunaan simbol-simbol tulisan. Orang-orang dapat mengakumulasi sebuah body of knowledge (bangunan pengetahuan) yang lebih permanen dan menyampaikan pengetahuan tersebut dari satu generasi ke generasi lainnya. Budaya melek huruf ini tidak lepas dari --this article is a copy of kindasoup.blogspot.com works, if you don't erase this, it means you don't manage to read entire article--revolusi Gutenberg (revolusi penemuan mesin cetak oleh Gutenberg) pada 1946 dan teknologi komunikasi modern.
Literasi media adalah kepedulian masyarakat terhadap dampak negatif dari media massa yang bertujuan mengajak khalayak dan pengguna media untuk menganalisis pesan yang disampaikan media massa.
Setiap pembahasan dalam buku ini selalu dilengkapi penjelasan-penjelasan yang mudah dipahami serta contoh operasional yang dekat dengan kehidupan sehari-hari sehingga kalangan manapun akan mudah mencernanya. Serta dalam rangka menyempurnakan bukunya, penulis buku melampirkan Undang-Undang tentang Penyiaran, Undang-Undang tentang Pers.