: the superficial or deep freezing of the tissues of some part of the body (as the feet or hands); also : the damage to tissues caused by freezing - Merriam Webster Dictionary
***
Untuk menuju ke forum-forum liqoat dulu, semasa saya di Belanda, jalannya adalah dengan menaiki kereta. Saya teringat dulu berkereta Nederlandse Spoorwagen menutu Utrecht, saat itu pikiran saya kalut karena belum menemukan topik yang cocok untuk tesis, tiba-tiba saat sedang memandang keluar jendela saya terilhami dengan kegiatan jurnalisme warga di media sosial, bagaimana kita mengukur seberapa percaya mereka dengan berita-berita horizontal dan membandingkannya dengan tingkat kepercayaan pada berita-berita konvensional atau vertikal. Di kemudian hari saya belajar bahwa renungan dalam kereta itu berbuah manis, luar biasa menghasilkan tesis yang saya sangat bangga terhadapnya, dengan uji-uji yang sesuai dengan prediksi teori. Waktu itu saya merasa seperti JK. Rowling :D
***
Kalau dihitung-hitung saya tidak bisa lagi menghitung berapa kali saya menumpang kereta NS, menjelajah Belanda dari kota demi kota. Salah satu perjalanan yang tidak pernah bisa saya lupakan adalah perjalanan ke kota Nijmegen, rumah Murobbiyah saya. Saya keluar rumah Ahad pagi hari dengan es tipis melapisi jalur pejalan kaki, jarang kendaraan beroda yang melintas pada hari-hari saat salju mencair tetapi membeku lagi begitu suhu turun, karena itu berarti hampir sama dengan bunuh diri. Cara satu-satunya untuk tiba di mana saja adalah dengan berjalan kaki, menggunakan sepatu bot anti tergelincir.
Saya masih ingat tiap kali saya menghembuskan nafas, yang keluar adalah udara padat serupa asap yang janggal namun menakjubkan. Udara sangat dingin karena salju berhenti turun selama beberapa jenak, perlu diketahui saat musim dingin, justru saat salju turunlah yang menjadi titik terhangat. Jadi kalau misalnya Anda lagi di Eropa, punya jadwal keluar tetapi di luar sedang badai salju, lebih baik Anda keluar sekarang karena itulah masa-masa terhangat yang bisa Anda dapatkan, justru kala salju berhenti turun, suhu juga turun drastis. Ini kabar gembira untuk mereka yang senang bermandian salju :)
Saya tiba di stasiun Tilburg Universiteit setelah hampir terbanting beberapa kali karena menghindari salju hitam yang seperti kotoran anjing. Begitulah, hewan-hewan peliharaan yang biasanya tahu adab menjadi sangat pemalas kalau jalanan sedang berlapis es. Kereta menuju Tilburg Centraal sudah tiba dan saya segera duduk di satu kompartemen bebas penumpang. Kereta-kereta ke Eindhoven, Venlo, Nijmegen dan kota lain di arah yang sama selalu sepi penumpang. Sebaliknya kereta jalur Utrecht, Amsterdam, Den Haag dan kota lain searahnya selalu ramai. Jadwal kereta kala musim dingin selalu berantakan, hal ini dipicu oleh banyak hal, misalnya es tebal di permukaan rel yang perlu dibersihkan sehingga jalur kereta harus dialihkan, atau -yang paling mengerikan- ada yang kena seasonal depression dan memutuskan lompat dihantam kereta. Demikian pula dengan jadwal kereta saya hari itu, banyak kereta yang dicancel sehingga membuat jadwal jadi tidak efisien. Awalnya saya hanya harus ganti kereta satu kali malah harus ganti kereta dua kali.
Ganti kereta pertama di Tilburg Centraal bukanlah masalah besar karena waktu menunggunya tidak lama, yang tiba adalah kereta menuju Den Bosch. Di Den Bosch itulah masalah yang tak pernah terjadi sebelumnya menimpa saya.
Setelah bimbang apakah kereta yang saya tumpangi akan menepi di Nijmegen atau tidak, akhirnya saya keluar di stasiun Den Bosch untuk memahami situasi terlebih dahulu. Stasiun Den Bosch kebetulan adalah salah satu stasiun besar sehingga hampir semua jalur kereta ada di sini. Saya keluar ke peron dan berjalan ke televisi yang menayangkan jadwal kereta terbaru. Ternyata saudara-saudara, jadwal kereta ke Nijmegen hanya ada sekitar empat puluh menit kemudian.
Saya mencari bangku tunggu dan duduk di sana, tetapi udara betul-betul dingin menusuk dan ini tidak membolehkan seseorang untuk tetap dalam satu posisi. Saya berjalan mondar-mandir di peron, melompat-lompat pendek sambil mengamati angin dingin yang menyambar-nyambar terpal konstruksi di atas sebuah bangunan, menimbulkan bunyi yang merisaukan. Saya melihat ke eskalator stasiun menuju bangunan tertutup di mana terdapat beberapa toko seperti toko bunga, mini market, kedai kopi, kedai kebab dan lain-lain. Saya berniat ingin ke sana tapi takut ketinggalan kereta karena kereta selanjutnya akan tiba empat puluh menit lagi, saya akan membuat percuma 80 menit hidup saya kalau saya gegabah mengambil keputusan. Akhirnya saya tetap di peron, berjalan mondar mandir dengan menggigil, sampai perlahan rasa sakit aneh yang menusuk merambati jari kaki saya dalam bot. Bot saya itu bagian dalamnya berbulu dan bagian luarnya anti angin dan air, tetapi ini pastilah cuaca yang ekstrim, karena bot itu telah gagal melindungi saya dari dingin. Rasa dingin menusuk itu makin lama makin membuat perih. Mula-mula kaki, lalu jari-jari tangan saya, lalu telinga. Saya terus menerus bergerak, tetapi itu tidak meredakan rasa sakit yang saya derita. Saya duduk meringkuk di atas bangku, beberapa orang Eropa tampak terbiasa dengan suhu ekstrim ini, mereka masih teguh berdiri di balik garis kuning tepi peron. Tetapi saya sudah menyerah, sungguh saya tidak pernah merasa lebih tersiksa lagi dari ini di musim dingin. Waktu tiba kereta sudah dekat, jadi saya memaksa diri saya bertahan lebih lama.
Rasanya sebentar lagi saya akan mati membeku.
Kemudian kereta arah Nijmegen itu tiba, dengan sisa-sisa tenaga yang tersisa, saya berjalan ke gerbong kereta. Di dalam sana, udara hangat menyeruak dari heater-heater kereta.
Dan itulah yang selama ini mereka sebut-sebut sebagai Frostbite.