Sunday, March 20, 2011
Dia Anak Lelaki Yang Mirip Denganku
langit dan segala ornamennya,
layangan,
kunang-kunang,
kodok,
dan kembang api.
Masing-masing hal itu mengingatkanku padamu saat, seperti kata Fahd, aku mulai 'lelah' berlari kadung jauh dari rumah kita. Capek menjadi aktris dramaturgi, di mana aku harus menjadi A pada jam sekian, menjadi B setelahnya, menjadi C saat sore hari, dan tak menjadi apa-apa di suatu antiklimaks.
*
Kita bertemu saat kita berdua masih sama putihnya. Dan sekarang kita mungkin tak lagi saling mengenali, karena milyaran percik warna yang menyalut kita.
Aku merindukanmu saat aku tahu perupa membuat topeng muka senyum untuk semua manusia.
Aku merindukanmu ketika kulihat dunia memiliki macam-macam tirai yang naik turun dengan brutalnya.
Aku merindukanmu begitu aku mengerti tentang cara berdusta.
"Aku suka merindukanmu."
Setiap kali merindumu aku menatap cermin.
Lalu aku bisa melihat seorang anak lelaki yang gemar mengenakan kopiah menatapku balik.
Dan ini memang membuktikan teori peluang yang menakjubkan, bahwa mungkin kau adalah salah satu cetakku di dunia.
Dan entahlah kuyakini bahwa kamupun kangen padaku. Maka kusarankan padamu, tetap tatap cerminmu saja.
Karena waktu dan tempat kita bertemu, kita berdua tak pernah bisa memastikannya. Bahkan mungkin, hari kau dan aku pergi jauh adalah sehakikat-hakikat perpisahan.
Yang bisa kita lakukan pada akhirnya
, memang
hanya
.
merindu.
Saturday, March 19, 2011
Aurora Borealis
Dengan kuasa-Mu apapun dapat terjadi. Saya sangat memahami ini. Dan untuk itu, saya harap saya memiliki kesempatan melihat Aurora Borealis di Saylorville Lake, Des Moines, IA.
Bulan Membuat Rindu
Setiap manusia pernah...
singgah sejenak di suatu malam. Menatap langit dan berdecak kagum.
Atas bulat putih cahaya di tengah hitam bentang.
Itu adalah niscaya.
***
"De, ayo naik sepeda." kata saya pada Dede saat kami sedang duduk di teras rumah menanti Lunar Perigee. Tiba-tiba saja saya ingin merasakan bersepeda di bawah cahaya bulan, dan berharap ketemu Alien *ET mode on.
Dede langsung mengiyakan, "ayomi."
Akhirnya fold bike saya unfold lagi malam ini setelah sekian lama cuma janji-janji belaka.
Sambil bersepeda dengan rada-rada kaku, saya menatap langit bergantian dengan menatap ponaan saya Umair di boncengan Dede.
***
Itu Orion!
Tapi bulan lebih manawan
Ini namanya supernova
Masih bulan yang paling cantik
Nah, tadi bintang jatuh
Semoga saya selalu bisa melihat bulan.
***
"Sedang apa kalian?" tanya baster yang lagi ngeronda.
"Nunggu bulan. Katanya malam ini ada gerhana."
"O." katanya, menatap langit, sesaat terlena kemudian sadar: "tapi sekarang sudah waktunya masuk asrama. Sudah jam sebelas malam tauuu!"
"O."
***
"Ada sandiwara di tangga masjid!" teriak beberapa anak berkerudung putih.
Tangga masjid lebar dengan beberapa sela serupa panggung itu sudah ramai oleh santri putri. Malam ini mereka akan memainkan drama ratapan anak tiri.
Drama itu sudah usai, dan tak satupun penonton bertepuk tangan. Masing-masing menatap timur. Di sanalah benda menawan itu menggantung, membekukan mereka dengan rapalan mantra berupa sinar perak.
Mungkin malam itu adalah malam lunar perigee... seperti malam ini.
***
Lalu saya ingin tahu,
seindah apakah pencipta bulan.
Allah, saya rindu...
Saturday, March 5, 2011
marchin'snapshot
I really enjoy photography, dan merupakan tantangan sih buat saya motret settingan alias model. Saya akan memposting beberapa hasil foto yang telah saya edit di blog ini dan tolong jangan protes apalagi marah-marah ke saya.
Model santri dipilih oleh asatidz dan merupakan immerse beberapa karakter. Yang jelas mereka pada muda-muda lho, saya jadi merasa nenek-nenek. Hehe.
Saya memotret foto2 di bawah menggunakan Nikon D3000 punya Muthe....