Setiap manusia pernah...
singgah sejenak di suatu malam. Menatap langit dan berdecak kagum.
Atas bulat putih cahaya di tengah hitam bentang.
Itu adalah niscaya.
***
"De, ayo naik sepeda." kata saya pada Dede saat kami sedang duduk di teras rumah menanti Lunar Perigee. Tiba-tiba saja saya ingin merasakan bersepeda di bawah cahaya bulan, dan berharap ketemu Alien *ET mode on.
Dede langsung mengiyakan, "ayomi."
Akhirnya fold bike saya unfold lagi malam ini setelah sekian lama cuma janji-janji belaka.
Sambil bersepeda dengan rada-rada kaku, saya menatap langit bergantian dengan menatap ponaan saya Umair di boncengan Dede.
***
Itu Orion!
Tapi bulan lebih manawan
Ini namanya supernova
Masih bulan yang paling cantik
Nah, tadi bintang jatuh
Semoga saya selalu bisa melihat bulan.
***
"Sedang apa kalian?" tanya baster yang lagi ngeronda.
"Nunggu bulan. Katanya malam ini ada gerhana."
"O." katanya, menatap langit, sesaat terlena kemudian sadar: "tapi sekarang sudah waktunya masuk asrama. Sudah jam sebelas malam tauuu!"
"O."
***
"Ada sandiwara di tangga masjid!" teriak beberapa anak berkerudung putih.
Tangga masjid lebar dengan beberapa sela serupa panggung itu sudah ramai oleh santri putri. Malam ini mereka akan memainkan drama ratapan anak tiri.
Drama itu sudah usai, dan tak satupun penonton bertepuk tangan. Masing-masing menatap timur. Di sanalah benda menawan itu menggantung, membekukan mereka dengan rapalan mantra berupa sinar perak.
Mungkin malam itu adalah malam lunar perigee... seperti malam ini.
***
Lalu saya ingin tahu,
seindah apakah pencipta bulan.
Allah, saya rindu...
No comments:
Post a Comment