Saya diberi kesempatan nonton Harry Potter and The Deathly Hallow part II tanggal 19 Juli lalu di bioskop Staples, South Duff, Ames. Sekalipun saya penggemar berat sekuel HP, saya tidak begitu berminat sama filmnya. Apalagi sejak Columbus lalu Cuaron diganti. Stress berat dimulai di HP and the Goblet of Fire. Jadi, saya tidak pernah repot-repot ke bioskop untuk nonton film HP.
Lalu di sinilah saya, berusaha menghormati perpisahan dengan film HP dan ajakan teman-teman IEOP. Dengan demikian saya mengeluarkan $7.5 untuk satu tiket plus kacamata 3D, bersama Dwi, Billy, dan Phu Duong.
Tanpa bangga jadi norak, ini kali pertama saya nonton film 3D. Muahahahahaha!
Saya tidak berharap banyak dari filmnya, karena hati saya telah patah sejak kontrak Alfonso Cuaron tidak diperpanjang. Dia sutradara adaptasi HP terbaik menurut saya. Tapi begitu saya duduk di bioskop aneh, yang kursinya disusun cenderung horizontal itu, saya tahu saya telah salah. Terimakasih pada Alexandre Desplat.
Saya sangat menghargai soundtrack, menyusun sepaket soundtrack film tak akan beda susahnya dengan menyutradarai film. Inilah yang saya dengar sebagai pembuka film itu, dan ini telah berhasil menangkap minat saya.
Lalu di sinilah saya, berusaha menghormati perpisahan dengan film HP dan ajakan teman-teman IEOP. Dengan demikian saya mengeluarkan $7.5 untuk satu tiket plus kacamata 3D, bersama Dwi, Billy, dan Phu Duong.
Tanpa bangga jadi norak, ini kali pertama saya nonton film 3D. Muahahahahaha!
Saya tidak berharap banyak dari filmnya, karena hati saya telah patah sejak kontrak Alfonso Cuaron tidak diperpanjang. Dia sutradara adaptasi HP terbaik menurut saya. Tapi begitu saya duduk di bioskop aneh, yang kursinya disusun cenderung horizontal itu, saya tahu saya telah salah. Terimakasih pada Alexandre Desplat.
Saya sangat menghargai soundtrack, menyusun sepaket soundtrack film tak akan beda susahnya dengan menyutradarai film. Inilah yang saya dengar sebagai pembuka film itu, dan ini telah berhasil menangkap minat saya.
Lalu datanglah Alan Rickman sebagai pemeran Severus Snape. Saya ingat tokoh ini favorit saya di buku ketujuh. Kisah dari pensieve yang pilu mengenai Snape dan Lily, dan itu selalu berhasil merontokkan hati saya, ingat bagaimana JK Rowling dengan sukses mengemas itu semua dari buku pertama hingga ke tujuh. Lalu saya ingin tahu, bagaimanakah film ini akan memvisualisasikan kisah itu. Sebut saja saya naif, dan saya memang naif, saya selalu membandingkan buku dan film.
Siang itulah saya tahu David Yates telah sukses mengadaptasi buku. Rasa sakit yang saya alami saat membaca, sama dengan rasa sakit saat menonton. Itu kesedihan temporer kata Prof Dedy Mulyana, hanya saja hasilnya mata bengkak dan wajah berlinangan air mata.
Balik pada Alan Rickman. Saya harap saya punya semacam Oscar atau apalah itu, dia harus memenangkan suatu penghargaan atas aktingnya yang luar biasa. Juga Alexandre Desplat atas musik yang menakjubkan, menghidupkan keseluruhan film sehingga film ini memang pantas dikatakan sukses.
Saya harus mohon maaf pada Alfonso Cuaron, karena ini adalah adaptasi paling keren dari 8 adaptasi HP.
Scoring yang ini paling saya suka, judulnya Statues:
No comments:
Post a Comment