Tadi malam aku bermimpi menyambangi Tilburg lagi, tepatnya
di universitasnya, di mana banyak rindu-rindu yang tak tunai.
Kuingat terakhir kali duduk di perpustakaannya saat musim
panas masih tigaperempat, aku selalu duduk di sana. selalu! Selalu memikirkan
tempat-tempat yang berbeda selagi bercakap mengenai residual suatu uji regresi.
Pernah kutulis sebuah cerita tentang kemungkinan alternatif,
tapi cerita itu tak pernah menemui kata tamat, mungkin karena memang tak ada
antiklimaks yang tak tertebak. Semua sudah jelas: besok aku harus terbang
dengan kapal udara. Berapapun air mata yang tumpah karena ingin kembali dan tak
ingin kembali. Entah ia memihak siapa.
Tapi air mata, jangan mengalir hari ini, aku sudah memiliki
cara untuk kembali ke sana! Bahkan ke tempat lain yang hati tak pernah bisa
berpaling darinya. Menemui orang-orang yang memiliki senyum-senyum paling murni
sedunia.
Berjalan, menjaring sebanyak kenangan, kurangkai menjadi sebuah planet.
Planet yang jikapun kamu meneropong ke angkasa tak
akan kau temukan. Planet yang jika kamu melakukan perjalanan, kamu tak pernah
memerlukan kendaraan. Kamu akan tiba di sana, bahkan lebih cepat dari cahaya
menyergapnya!
Di manakah letaknya planet yang bukan main itu, air mata?
Ah, kamu pun berasal dan substansi yang serupa.
No comments:
Post a Comment