Tetapi di tahun 2022, buku itu telah terbit. Dan saya tahu sejak saya adalah anak Pak Yusuf, lalu menikah dengan Pak Ihsan, buku itu bukan buku fiksi, buku itu tentang diri saya.
Apa judulnya? Komunikasi Politik: Seni dan Teori.
Baru saja siang tadi, saya mengajar salah satu kelas sunyi semester antara menggunakan buku itu, dan betapa anehnya, buku itu merangkum semua pembicaraan saya bersama satu dari dua lelaki.
Paling tidak 95%nya.
Dua lelaki itu telah membentuk pemikiran saya sedemikian rupa, sehingga saya amat peduli mengenai bagaimana negara ini dijalankan, bagaimana masyarakat harus berpartisipasi, bagaimana meredefinisi bebeberapa penyematan yang berjalan di tempat.
Hal-hal yang sangat mengganggu, menyebalkan, dan sangat menjengkelkan sampai saya harus menulisnya.
Jadi buku pertama saya, pada prinsipnya, adalah buku yang memuat diri saya, kepedulian, dan kemarahan --dan menjadi bahan kuliah mahasiswa. Dengan demikian, saya harus melatih keahlian komedi di depan kelas, sehingga mahasiswa tidak merasa dimarahi sepanjang waktu saat saya menjelaskan bab demi bab buku itu.
No comments:
Post a Comment