Saya kangen sama Ummi. Kangen berat. Ummi cuma pergi sepuluh hari tapi rasanya sudah setahunan Ummi tidak ada di rumah. Membereskan sana-sini. Mengomel tentang ini-itu.
Memang baru kali ini beliau pergi lama sekali (10 hari itu masuk kategori lamaaaa sekali). Kecuali umroh dan haji. Tapi saya senang Ummi akhirnya bersedia liburan sama Aba. Meskipun Ummi wanita karir, liburan baginya selalu berarti 'rumah'. Di hari Ahad, Ummi akan melakukan pembersihan massal, dan itu selalu berarti 'libur' baginya.
Di satu sisi saya senang Ummi liburan, di sisi yang lain saya sangat kehilangan beliau. Apalagi setelah saya meletakkan diri saya dalam sepatu Ummi (Tidak secara harfiah). Saya menjadi 'Ummi' lima hari terakhir ini. Pukul lima pagi membangunkan semua anak-anak di rumah, menyeret mereka sholat subuh. Lalu saya harus mencuci pakaian, membuat sarapan di waktu yang sama. Memaksa mereka mandi secepatnya, serta memandikan si bungsu yang kadang masih tidur saat saya keramasi. Melepas mereka sekolah (kalau bukan saya sendiri yang mengantar mereka). Lalu saya ke kantor Ummi, ke bank, membeli keperluan rumah. Pulang petang dilanjut beres-beres lagi. Memastikan anak-anak sholat maghrib jamaah dan mengaji bersama. Kemudian meminta mereka makan malam, main game PC secukupnya, dan tidur tepat waktu.
Rutinitas Ummi selalu seperti itu, dan saya baru merasakan empati yang sangat dalam terhadap Ummi. Karena sungguh, semua itu benar-benar melelahkan. 10 hari mungkin tak sebanding dengan bertahun-tahun rutinitas Ummi. Semoga Ummi melalui hari yang menyenangkan di tempat liburannya nun jauh di sana.
Memang baru kali ini beliau pergi lama sekali (10 hari itu masuk kategori lamaaaa sekali). Kecuali umroh dan haji. Tapi saya senang Ummi akhirnya bersedia liburan sama Aba. Meskipun Ummi wanita karir, liburan baginya selalu berarti 'rumah'. Di hari Ahad, Ummi akan melakukan pembersihan massal, dan itu selalu berarti 'libur' baginya.
Di satu sisi saya senang Ummi liburan, di sisi yang lain saya sangat kehilangan beliau. Apalagi setelah saya meletakkan diri saya dalam sepatu Ummi (Tidak secara harfiah). Saya menjadi 'Ummi' lima hari terakhir ini. Pukul lima pagi membangunkan semua anak-anak di rumah, menyeret mereka sholat subuh. Lalu saya harus mencuci pakaian, membuat sarapan di waktu yang sama. Memaksa mereka mandi secepatnya, serta memandikan si bungsu yang kadang masih tidur saat saya keramasi. Melepas mereka sekolah (kalau bukan saya sendiri yang mengantar mereka). Lalu saya ke kantor Ummi, ke bank, membeli keperluan rumah. Pulang petang dilanjut beres-beres lagi. Memastikan anak-anak sholat maghrib jamaah dan mengaji bersama. Kemudian meminta mereka makan malam, main game PC secukupnya, dan tidur tepat waktu.
Rutinitas Ummi selalu seperti itu, dan saya baru merasakan empati yang sangat dalam terhadap Ummi. Karena sungguh, semua itu benar-benar melelahkan. 10 hari mungkin tak sebanding dengan bertahun-tahun rutinitas Ummi. Semoga Ummi melalui hari yang menyenangkan di tempat liburannya nun jauh di sana.
No comments:
Post a Comment