...lucu bagaimana takdir mempermainkan kita...
***"Halo, ini Rido ya?"
"Ya."
"Saya Riri Riza, saya baru aja landing. Sekarang saya di airport ya."
"Saya juga sudah di bandara."
"Ok, ntar kalo sudah keluar saya hubungin lagi. Thanks ya."
Kalau saya masih sebelas tahun, saat saya duduk dalam bioskop bau menyan di jalan Bali, pasti bagi saya pembicaraan ini mustahil. Tapi ya, seperti kalimat di atas, lucu aja bagaimana takdir mulai mempermainkan kita. Sama dengan postingan sebelum ini tentang Habibie.
***
Persis saat saya mulai berjalan pelan-pelan, akhirnya saya kini benar-benar menikmati udara di setapak bernama hidup. Haha! Hidup ternyata aneh dan lucu.
***
Jadi kawan, tiga harian kemarin (18-20 Februari) saya menjadi 'supir' Riri Riza dan Lily Yulianty Farid. Bersama sobat saya yang sudah kayak mesin navigasi mobil otomatis:
"Ya, elu kanan aja depan Do!
Nah, kalo terus tol tuh.
Et,et,et... pelan-pelan RIDO!"
Beralih dari navigasi, rasa-rasanya saya masih agak-agak tidak percaya dengan apa yang menimpa saya ini. Om Riri dan Kak Lily adalah dua idola saya. Saya suka karya-karya Om Riri, dan saya senang membaca Makkunrai karya Kak Lily. Orang-orang besar itu ada dalam mobil yang sama dengan saya, mengobrolkan macam-macam. Kalau Om Riri, mulai dari isu penarikan film import, bassang, proyek film Om berikutnya, jam malam Maros (ini mah salah paham), dan lain-lain. Kalau sama Kak Lily ngobrolin Australia, Pak Syam, ayat-ayat cinta, flp, penulis favorit, dan ragam proyek print serta fotokopian.
Kalian mungkin pada bertanya dalam rangka apa sebenarnya saya mulai terlibat dengan orang-orang besar itu? Sebenarnya semua bermula dari kawan saya Cimbei alias Indah. Indah dapat info dari Ikes mengenai rumah budaya yang akan didirikan di Makassar, namanya Rumata'. Soft launching Rumata' membutuhkan volunteer. Dari situlah kami semua nimbrung dan tumplek sebagai panitia rangkaian acara Rumata' yang bejibun.
Alhamdulillah, seluruh rangkaian kegiatan sudah berlalu dengan lancar, tanpa hambatan berarti semisal gempa bumi. Dan kami resmi jadi angkatan pertama Sahabat Rumata'. Tapi, begitu acara ini selesai saya jadi sadar akan satu hal: saya belum pernah foto bareng Om Riri maupun Kak Lily. Gila kagak tuh? Entah saya yang kesibukan atau kelupaan mulu kalau ada sesi foto bareng, yang jelas saya tak pernah satu frame sama orang-orang besar itu. Hik.
-----kembali ke lucu aja si takdir mempermainkan saya.
Akhirnya saya cuma bisa motoin kenang-kenangan dari Om Riri dan Kak Lily ini:
*Buat teman saya (yang ngerasa aja), harap pelan2 kalau baca judul di atas. Hihi
2 comments:
"Bersama sobat saya yang sudah kayak mesin navigasi mobil otomatis"
hahaha suka kalimat itu dho...
btw kita sama, sok biasaja selama tiga hari kemarin bareng om riri tapi sebenarnya serasa mimpi. terlalu kagum ka sama film2 nya
iya kawan, sok2 kalem aja gitu deh, padahal saya nyetir itu sampe grogol alias grogi ongol2. hampirma itu waktu nabrak motor karena saking grogolnya... untung ada navigasiku tersayang. :D
Post a Comment