Salah satu persiapan adalah suvenir buat teman-teman di US nanti. Sudah beberapa hari saya stress mikir yang satu ini, sampai akhirnya saya tercerahkan, bahwa sesuatu bernama stress tidak mungkin jalan sendiri ke Jl. Somba Opu untuk saya.
Maka kemarin saya memutuskan jalan ke Jl. Somba Opu, setelah minta Ewi menemani saya.
*
Sebenarnya saya selalu suka ke Jl. Somba Opu. Jalan ini memberikan perasaan Makassar yang kuat. Terakhir saya ke sini adalah tahun lalu, saat saya, Aba dan Ummi mencari Kecapi -semacam alat musik khas Sulawesi. Tahun lalu saya senang sekali. Sekarang saya juga senang, tapi diiringi stress dan kegelisahan tiada tara.
Setelah berjalan muter-muter di sana, sambil disahuti "Aisyah! Aisyah!" sama orang-orang akhirnya saya menemui item-item ini:
Key Chains alias gantungan kunci. Ini buat teman-teman. Bahannya dari kayu yang dibentuk jadi badik lompo battang, badik biasa, rumah panggung, tongkonan, sama perahu phinisi.
Sarung tenun Bulukumba. Sarungnya ini beraroma jeruk lho. Kata mbak yang jual, benang tenunnya dikasih sesuatu yang dia juga tidak ngerti. Sampai sekarang saya masih merasa ini ajaib. Saya rencana kasih sarung ajaib ini ke dosen, meski nanti kalau saya ditanyai, saya akan bingung sendiri menjelaskan.
Yang ini adalah sarung tenun Sengkang. Populer juga kan di Sulawesi. Apalagi warnanya yang menyala dan benang warna emasnya. Ini bagian Chaperone saya nanti. Semoga dia suka :)
Songko' to Bone. (Lagi-lagi emas, lama-lama saya bisa buta karena semua emas ini. :D) Benar-benar sulit mencari nomer kepala yang besar, berhubung yang pake nanti native. Sampai pemilik toko turun tangan juga bantu kami berdua.
Miniatur kapal phinisi. Sebenarnya saya selama ini masih belum tau apa yang membedakan -benar-benar membedakan, kapal phinisi dan kapal layar biasa. Saya taunya, Phinisi itu tidak pake paku buatnya -iya nda sih?
*
Segera setelah saya membeli semua barang-barang itu, saya stress lagi bagaimana menempatkannya dalam koper. Ya Allah, kapan stress saya berakhir T.T
No comments:
Post a Comment