Sebuah agenda biru muda tahun 2009 kembali kubuka siang ini. Di dalamnya ada kisah yang sering membuatku merinding. Tentang kuasaNya, pada semua izin yang Ia pinjamkan padaku, agar kelak aku bisa bersyukur. Karena syukur memang adalah sebuah perbuatan berkesinambungan dari sebuah rasa terimakasih atas pemberian. Bukan sekedar puja-puji di lisan.
*
Hari itu aku membaca The Secret karya Rhonda Bryne. Katanya alam ini berkuasa. Tariklah semua kemungkinan alam menuju apa yang kamu inginkan. Lalu sebagai hamba Allah yang takkan khianat kuyakini bahwa alam berkuasa, apalagi penciptanya. Berdoa dan berprisangka baik padaNya akan menjelma batu, suatu elemen alam yang dikendarai Rasulullah menuju langit ke tujuh.
Katamu "tidak mungkin kamu ke al-quds dalam waktu semalam!" Itu adalah logikamu, penafianmu manusia. Tapi batu terbang adalah hal transendental yang disimpan Allah hanya untuk penghuni langit. Seperti kuasaNya. Pernahkah terpikir olehmu seekor semut dari kota Maros yang pulang-pergi ke Makassar dalam waktu dua jam. Apa itu mungkin? Mungkin saja kalau semut itu menumpang mobil manusia (Dialog Fuad Rumi dan bacaan-bacaannya).
*
Allah. Allah. Kami (aku dan hati nuranimu) hanya ingin bermanfaat bagi banyak orang. Karena kami (aku dan hati nuranimu) yakini kebaikan itu bagai udara. Kasih yang telah Engkau berikan pada semua orang, tanpa terkecuali.
No comments:
Post a Comment