Menjadi orangtua, betapa megahnya titel itu bagi sesiapa saja yang belum juga lihai mengurus diri sendiri, lalu kunfayakun, dianugerahi anak untuk diurusi --idealnya lebih baik dan lebih utama dari mengurus diri. Sebenarnya tanpa idealisme parenting, nurani masing masing orangtua mengharapkan anaknya jauh lebih baik dari dirinya sendiri dalam segi apapun, hanya saja ada yang bersusahsusah mewujudkan harapannya, adapula yang asal saja mendidik anak, kan ada sekolah... saya dan abu cmi memilih jadi yang pertama.
Kami berdua tumbuh dari dua tipe parenting yang utara dan selatan. Ada konsep yang mengedepankan kewajiban dan punishment atas kesalahan, ada yang sebaliknya. Parenting yang di kemudian hari membentuk karakter kami. Beberapa hal ingin kami benahi untuk diterapkan pada anak kami. Intinya kami berdua berada di halaman parenting yang sama, dan untuk mencapai ini sejak hari ke-2 pernikahan, kami sudah banyak membahasnya.
Beberapa konsep parenting yang telah kami adopsi adalah:
Pertama, anak harus dekat dengan ayah, bukan hanya ibu. Abu cmi kalau pulang selalu menyempatkan main dengan CMI seletih apapun. Abu cmi juga sering menggendong CMI menjelang tidur, mendampingi CMI menonton tv bayi, dan lain-lain. Efeknya CMI lengket dengan abinya, bisa jalan sama abi atau ummi; she can go either way. Kami percaya bahwa karakter kuat terbangun dari kedekatan ayah dan anaknya. Lihat saja betapa dekatnya baginda Rosul saw dengan Fatimah ra. Kami tak perlu contoh yang lebih baik dari ini.
Kedua, anak harus dibiasakan sholat dari bayi. Bagaimana membuat bayi 7 bulan terbiasa sholat? Mulai dengan membentangkan sajadah untuknya dan membaringkannya di atas sajadah selagi kita sholat, seolah dia juga seorang makmum. CMI sudah dibiasakan melihat saya sholat sejak 3 bulan. Hasilnya, ia sudah terbiasa dan alhamdulillah saya tidak ingat CMI rewel saat saya sholat, yang ada dia terdiam dan mengamati saya sholat atau sekitarnya.
Ketiga, anak digendong kapanpun dia ingin digendong. Bau tangan? Tambah cengeng? Bukan itu justru yang terjadi pada kami alhamdulillah. CMI sejak kolik sudah terbiasa digendong, dulu seharian kami menggendongnya bergantian. Reda kolikpun kami masih menggendong dia ke kiri dan ke kanan, tapi kami menganggap bahwa tingkahnya yang demikian karena ia mencari rasa aman dan nyaman di dunia ini, seaman dan nyaman di dalam rahim, jika ia temukan rasa itu, maka ia akan menjadi easy baby. Easy baby mudah dibawa ke mana saja, mau digendong siapa saja, ramah dan murah senyum. Itulah alhamdulillah yang kami dapati pada CMI. Bahkan saking aman dan nyamannya, ia mau tidur gelap-gelapan tanpa ketakutan. MasyaAllah.
Keempat, biasakan berbicara pada anak. Kami percaya bahwa 1000 hari pertama hidupnya, anak menyerap semua yang bersinggungan dengan inderanya, termasuk bahasa (the absorbent mind, Montessori). Kami selalu mengajak CMI ngobrol dan terkadang ia menimpali. Sebelum makan saya jelaskan dulu bahan makanan apa yang ia terima, kalau ingin meletakkan CMI atau dia akan digendong orang lain saya sampaikan dulu, kalau dia menonton saya tambahkan informasi seputar warna tokoh kartunnya. Kami berharap dari kebiasaan ini, CMI bisa lebih dini memahami bahasa. Karena dengan berbahasa, kami dapat lebih mudah mendapatkan petunjuk tentang perasaannya apakah ia lapar, mau main atau mengantuk.
Kelima masih terkait bahasa, biasakan minta izin/pamit pada anak. CMI pernah melalui masa separation anxiety, sungguh takut berpisah dengan saya. Tapi alhamdulillah itu telah terlalui dengan konsistensi kami minta izin padanya, sampai sekarang saya dan abu cmi tak pernah mengendap-endap meninggalkan CMI saat ia tak awas. Saya selalu minta izin jika ingin ke dapur, ke kamar mandi atau tempat lainnya pada CMI, ini agar CMI merasa dirinya berharga, seperti manusia pada umumnya, dan bukan barang yang ditinggal pergi begitu saja. Hasilnya alhamdulillah CMI tak lagi takut ditinggal karena tahu saya akan kembali, bahkan sekarang ia mulai membalas lambaian tangan saya sekalipun saya hanya pamit menjemur pakaian. MasyaAllah.
Keenam, terbiasa duduk (bukan digendong atau keluyuran) saat makan dan mixing feeding. Mixing feeding maksudnya kami memadukan baby-led weaning dan spoon feeding pada CMI. Saya membiarkan CMI makan buah sendiri di booster seatnya sambil saya awasi, sedangkan kalau makan bubur selalu saya suapi. Hasilnya CMI alhamdulillah sangat gemar dan pandai makan buah sendiri, sementara asupan nutrisi untuk tumbuh kembangnya ia dapatkan dari suapan bubur. Kami sepakat tidak akan mentoleransi instant food untuk CMI, termasuk snack tidak jelas seperti biskuit2 dan ciki2, sampai tempo selama mungkin. Saya bisa menghabiskan banyak waktu di dapur untuk menyiapkan menu CMI yang meliputi buah pukul 7-8 pagi, bubur A pukul 10 dan 12 siang, buah pukul 3-5 sore, dan bubur B pukul 7-8 malam. Ini sudah komitmen saya yang didukung penuh abu CMI. Orang menyebut saya "rajin amat", menurut saya justru ini standar operasional memenuhi gizi anak. Biasa saja.
Ketujuh, tidak memarahi anak dalam bentuk apapun. Kami percaya bahwa membentak dan memarahi anak berakibat buruk pada pertumbuhan sel otaknya, sebaliknya mengasihi dan memberinya kata-kata positif berakibat baik untuk perkembangan otaknya. Karena itu kami bertekad untuk menghindari marah pada anak selama dalam masa emas perkembangan otaknya. Setelah itu kami akan mendisiplinkan CMI. Logikanya sederhana saja; untuk bisa menegakkan aturan pada anak, kami akan sangat memerlukan kemampuannya mencerna peraturan, dan itu dapat diperoleh setelah memberinya kasih sayang yang ia butuhkan dalam masa perkembangan otaknya. Semoga dalam hal ini insyaAllah kami istiqamah.
Kedelapan, no swing no walker. Dua benda ini sebenarnya benda sakti orangtua kami dulu. Tetapi setelah berdiskusi panjang lebar, kami sepakat untuk meniadakan benda ini dari list. Ayunan dan baby walker menurut kami 1)berbahaya 2)menimbulkan efek ketergantungan. Sebagai ganti ayunan, ada tangan ummi dan abi selalu siap (Oiya menggendong CMI seharian berefek pada kembali normalnya berat badan saya pasca melahirkan. hehe alhamdulillah) Sebagai alih-alih walker yang katanya "berguna" untuk belajar jalan, kami selalu biasakan CMI tengkurap untuk melatih dan memperkuat tulang belakangnya, itu lebih penting dari sekedar "cepat jalan".
Kedelapan, membiasakan CMI berjilbab, namun tidak dipaksa. Kami membelikan CMI jilbab bayi sejak usianya 4 bulan. Alhamdulillah CMI selalu betah berjilbab lama dan belakangan kalau sudah kembali ke mobil CMI mulai menarik2 jilbabnya minta dilepas. Allahu a'lam, mungkin dia sudah mengerti bertemu orang lain mesti berjilbab, tapi kalau hanya ada abi dan ummi boleh lepas lagi.
Masih sedikit konsep parenting yang kami punya dan akan kami terus benahi seiring waktu. Sejauh ini kesemua konsep itu mulai menampakkan hasil yang baik: CMI alhamdulillah adalah bayi sehat ceria yang senang berjilbab dan tenang saat orang sholat, mudah beradaptasi dengan segala kondisi, suka buah yang bertekstur dan lahap makan bubur, dan milestonesnya tercapai secara normal. Kami sangat bersyukur.
Saya dan abu cmi percaya bahwa parenting harus berkonsep. Kami pun tak asal caplok dalam meniru konsep parenting orang lain. Harus dipertimbangkan masak-masak. Harus ada landasan diterapkannya suatu perlakuan pada anak, landasan dan bukan alasan. Beda antara landasan dan alasan adalah: landasan konsep yang lahir pra perlakuan, alasan konsep yang lahir pasca perlakuan. Alasan menurut hemat saya adalah sekedar pembenaran. Alasan lahir dari parenting yang asal asalan dan "mengalir" sedangkan parenting samgat riskan jika go with the flow, karena ada karakter yang ingin ditempa. Pembangunan karakter itu tak dapat direvisi, oleh karena itu kami berlindung diri kepada Allah dari salah mengasuh anak. Inilah ikhtiar kami. Allahumma ihdiinaa.
No comments:
Post a Comment