Salah satu hal yang selalu membuat kami bahagia adalah menyusun rencana-rencana perjalanan, bagaimana tidak? Kami berdua adalah musafir yang begitu merindukan menjejak setiap inci bumi Allah, bukan hanya melepas penat bekerja dan mengurus rumah tangga, tapi juga mencari bijaksana.
Selama setahun sepuluh bulan pernikahan, kami sudah membuat banyak rencana perjalanan, lebih banyak berakhir di kertas saja, meski demikian itu yang selalu membuat kami semakin gigih mengejar target.
Saya selalu ingin membawa abu CMI ke Bone, kampung halaman ayah saya yang otomatis jadi kampung saya juga. Tiap idul fitri dulu saya selalu mudik ke sini, tapi sudah empat kali lebaran saya tidak mudik, pertama karena sedang mengurus keberangkatan ke Belanda, kedua karena masih di Belanda, ketiga karena ayah saya baru pulang umrah ramadan dan terlalu lelah untuk jalan ke Bone, keempat karena saya menanti hari lahir CMI.
Abu CMI juga selalu ingin membawa saya ke Wakatobi, kampung halaman ayahnya. Tapi satu saja kendalanya: biaya. Wakatobi letaknya cukup jauh, biaya transport berdua cukup mahal dan juga menguras waktu dan tenaga. --Mungkin nanti saja Sayang... saat sedekah kita mencapai jutaan perbulan. Sebagai ganti, Abu CMI mengajak saya ke Selayar, kampung halaman ibunya. Saya sampai hafal jalan di sana karena seringnya ke Selayar.
Akhir-akhir ini kami mulai berpikir hendak ke mana. Apalagi tanggal pernikahan kami akan berulang tak lama lagi. Tahun lalu pada tanggal itu saya sedang hamil 7 bulan, Abu CMI menyetir hingga ke puncak Malino. Tahun inipun, saya berharap ia bisa menyetir lagi, ke tempat yang jauh...
"Enrekang!" Itu saran Abu CMI. Abu CMI memang musafir sejati! ayah Wakatobi, ibu Selayar, lahir di Palopo dan besar di Enrekang.
Saya sudah hafal kisah-kisah masa kecilnya dulu di Enrekang. Dan sungguh mendebarkan untuk menapak tilas semua itu. Dan yang menambah debar senang adalah CMI akan membersamai kami. InsyaAllah.
Membawa CMI menempuh perjalanan yang sangat panjang butuh banyak persiapan psikis, fisik dan material. Psikis seperti yang sudah saya bahas di postingan lain adalah membangun trust. Ini penting CMI miliki, karena bayi dengan trust pada ibu dan ayahnya cenderung easy going dan senang pada hal baru, karena sudah terpatri rasa aman dan percaya pada dunia di luar rahim. Sampai saat ini saya masih mencoba menanamkan trust pada CMI, sudah terlihat hasilnya sedikit bahwa ia tidak takut tempat dan orang baru. Alhamdulillah. Semoga semakin berkembang.
Persiapan fisik adalah mengenai asupan. CMI saya biasakan makan terjadwal dengan gizi seimbang sehingga daya tahan tubuhnya baik. Alhamdulillah kita hidup di zaman informasi sehingga mudah sekali mengunduh fakta nutrisi makanan berdasarkan porsinya. Mungkin pengaruh trust juga, CMI alhamdulillah mau makan semua yang saya berikan meskipun kadang saya rada iseng. Selama tidak ada kandungan gula, garam, penyedap, cabe, tidak deepfried, tidak ada transfat, tidak ada bahan artifisial, saya berikan saja pada CMI. Alhamdulillahi robbil 'alamiin.
Persiapan materialnya apa? Satu yang paling penting kami miliki segera adalah carseat. Carseat adalah kursi bayi yang dipasang menggunakan sabuk pengaman mobil. Carseat punya sabuk khusus yang sesuai ukuran bayi, lebih tangguh mengamankannya insyaAllah daripada pangkuan dan pelukan ibunya (kalau-kalau ibunya lelah, dan itu selalu mungkin terjadi). Seharusnya kami sudah membeli carseat sejak CMI lahir dan membiasakan CMI duduk di carseat tapi kami terlalu menganggap remeh pentingnya barang satu ini. Namun demikian, akhirnya carseat bagus yang memenuhi standar keamanan dan kenyamanan bayi terbeli juga alhamdulillah.
Persiapan ke Enrekang hampir 80%. Kami punya rencana. ALLAH PUNYA KEHENDAK. Semoga saja rencana dan kehendak dapat bertemu :)
No comments:
Post a Comment