Begitulah setidaknya perasaan saya saat mempertimbangkan lamaran Ihsan Sandira. Ketika saya membayangkan tidak menerimanya, saya nelangsa. Untuk menghindari derita itu, akhirnya saya menyampaikan keputusan saya pasa orangtua saya, mereka senang. Lalu Nurul Insani pun senang, selaku yang menghubungkan kami berdua.
Kepada orang-orang yang dekat dengan saya, saya juga merasakan hal yang sama, khususnya pada anak-anak saya. Bagaimana saya menderita saat mereka sakit, bahkan kalaupun itu hanya demam ringan di malam hari.
Namun menarik mengetahui bahwa saya merasakan perasaan itu lagi saat ini, bukan pada manusia, tetapi pada apa yang saya lakukan: pekerjaan saya sebagai pengajar.
Saya sangat menyukai mengajar, saya tidak bisa membayangkan hidup yang berbeda selain mengajar, menyampaikan hal yang benar, mentransformasi pemikiran satu dua orang mahasiswa.
Suami saya tahu betul. Suatu ketika saya siap untuk berhenti mengajar, bahkan telah mengundurkan diri kepada dekan, tetapi yang ada saya malah menangis sepanjang perjalanan pulang. Nelangsa berhari-hari. Akhirnya karena dekan menegosiasi ulang, saya kembali dengan senang hati.
Lalu tibalah saya pada hari ini, di mana saya mulai mengajar anak TK usia 3-6 tahun. Ternyata saya bukannya menyukainya, saya mencintai pekerjaan itu!
Ketika saya mengajar mahasiswa, mungkin saya dapat mentransformasi pikiran satu orang kalau beruntung. Tetapi dengan anak usia TK, semuanya sangat berbeda. Anak-anak itu seperti kertas putih dan mereka siap menerima apapun yang kita ajarkan pada mereka. Setelah dua bulan, kami dapat melihat hasilnya pada mereka, dan ini membuat saya semakin bersemangat hadir tiap hari di sana, mengobservasi mereka, memberitahu mereka hal yang benar.
Seorang teman lama di Belanda memotivasi saya untuk menerima lebih banyak siswa, dan bukan hanya memotivasi, dia bahkan akan datang membantu saat hari penerimaan.
Alhamdulillah. Terimakasih Allah, telah memberi saya visi untuk membuat saya bersemangat setiap hari, mungkin tidak besar, tetapi ini akan memberi arti untuk pendidikan.
No comments:
Post a Comment