Saya teringat sebuah quote dari Dena Haura, istri Hawariyyun mengenai hak anak atas ibunya, salah satunya adalah ibu yang 'cantik', definisi operasional dari ibu cantik di sini adalah ibu yang pandai merawat diri.
Kenapa tekanannya ke hak anak? Bukan hak suami?
***
Sejak jerawat pertama saya muncul, mungkin saat saya berusia tiga belas tahun, Ummi segera datang dan memberikan saya sabun cuci muka yang selalu ia gunakan: biore anti acne. Saya gunakan pencuci muka itu sampai usia saya dua puluh dua tahun, saya bawa ke Belanda saat saya S2 namun ternyata pencuci mukadaerah tropis berbeda dengan di daerah empat musim. Lalu saat saya kembali ke Indonesia, pencuci muka itu menjadi sulit ditemukan, entah kenapa.
Meski Ummi saya wanita yang cantik, beliau tidak bersolek. Wajahnya bersinar alami tanpa riasan wajah, hanya lapisan tipis bedak herocyn, yang ternyata mengandung salicilic acid yang membantu mencegah jerawat dan mengecilkan pori-pori.
Saya meneladani Ummi dalam pendapatnya soal make up, semua orang yang hadir pada pernikahan saya tahu pasti bahwa bahkan di hari pernikahan, saya menolak menampilkan wajah yang bukan wajah saya. Menurut saya sih, wajah yang diwarnai sedemikian rupa, sudah tidak menyerupai lagi aslinya, dan wajah yang ingin saya perlihatkan pada suami, adalah wajah asli saya.
Bukan bersolek yang utama, tetapi bagaimana merawat diri. Bagaimana menjaga kulit tetap sehat. Trend skincare yang ada saat ini di mata saya adalah sebuah trend yang bagus bagi perempuan yang benar-benar ingin memiliki kulit yang sehat. Kulit yang sehat sudah pasti terlihat cantik, sebaliknya wajah yang cantik karena riasan, belum tentu sehat.
Perawatan diri pada seorang muslimah mengandung sejumlah dimensi:
1) amanah dalam menjaga pemberian Allah; kulit juga merupakan pemberian Allah yang sepatutnya dijaga, sebagaimana kita menjaga kesehatan sistem dalam tubuh kita, kita juga harus memahami bahwa kita juga harus secara komprehensif memahami nikmat kesehatan tersebut.
2) menyenangkan hati suami; di mana muslimah menyadari sepenuhnya bahwa ia akan beroleh pahala saat ia tampil dengan baik dan sehat di hadapan suaminya, sehingga ia menjaga kesehatannya bukan hanya untuk urusan dunia, namun mengingat ganjaran yang sepadan di akhirat.
3) menampilkan citra kebersihan dan kesehatan sebagai muslim kepada selain muslim; sebagai agen-agen dakwah, muslim harus hadir dalam paket utuh di hadapan dunia. Perkataan, perbuatan, hingga penampilan harus dapat konsisten dalam kebaikan, barulah pendengar dari berbagai latar belakang, dapat mendengarkan.
***
Saya melihat perawatan diri sebagai sebuah proses, sama halnya dengan memakan makanan yang sehat. Kita hanya akan tetap sehat jika kita terus memberi input yang bergizi bagi tubuh kita.
Dan itu dapat saya pahami serta aplikasikan dalam hidup saya, karena saya memiliki seorang ibu yang 'cantik'. Alhamdulillah.
No comments:
Post a Comment