Saturday, October 25, 2008

Your Tasks: Manage Your Own Priority

Hi all...
here some game, about priority

Kamu sedang berada dalam perjalanan panjang, dan kamu diharuskan membawa empat hewan






Kamu harus menurunkan hewan itu satu demi satu, dan menurut pandanganmu, yang manakah yang akan kau turunkah dahulu, kedua, ketiga dan terakhir?

Setiap hewan punya maknanya sendiri.

Makna dari hewan-hewan tersebut:
*Kambing: Teman-temanmu
*Kuda: Kekasihmu
*Harimau:Hartamu
*Domba:Keluargamu


Johari Window



A Johari window is a cognitive psychological tool created by Joseph Luft and Harry Ingham in 1955 in the United States, used to help people better understand their interpersonal communication and relationships. It is used primarily in self-help groups and corporate settings as a heuristic exercise.

Model Johari Wondow di atas banyak digunakan dalam aplikasi salah satu teori kontekstual komunikasi, Interpersonal Communication. Kita dapat memahaminya seperti ini, apabila seseorang mengenali dirinya dan membuka dirinya untuk dikenali dan dipahami oleh orang sekitar yang berkomunikasi dengannya, maka ia berada dalam area pertama yaitu free open area. Orang-orang yang supel dalam bergaul, self-disclosure atau terbuka pada orang lain berada di sini.
Area yang kedua adalah Blind Area, yaitu posisi di mana seseorang tidak mengenali dirinya sendiri semenatara orang lain mengenali dan mengatahuinya. Contohnya adalah orang-orang yang tidak menyadari bahwa dirinya sangat sering menyakiti hati orang lain. Orang lain tahu ini, dan kadang ia sendiri tidak tahu keadaan tersebut, sehingga ia terus melakukan kesalahan yang sama.
Sementara orang yang mengetahui dan mengenali pribadinya akan tetapi menutup diri terhadap orang lain merupakan orang-orang dalam area ketiga, hidden area. Beberapa orang yang menghindar dari masyarakat karena minder, dalam hal ini ‘menyadari’ bahwa dirinya tidak sejajar dalam kecerdasan dengan orang yang lain, kemudian ia menjauh sehingga ia tidak diketahui oleh lingkungannya.
Area terakhir merupakan area yang tidak diketahui (unknown area) oleh orang itu maupun oleh orang lain, dan area keempat ini disebut sebagai area tuhan.
Setiap orang memiliki keempat area ini, namun dalam proporsi yang berbeda, sangat tergantung dali personality atau kepribadian.
Dibawakan pada kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi sem.I oleh Drs. Syamsuddin Azis,M.Phil

Friday, October 24, 2008

Dasar-Dasar Teori Komunikasi

DASAR-DASAR TEORI KOMUNIKASI

Komunikasi merupakan suatu proses, proses yang melibatkan source atau komunikator, message atau pesan dan receiver atau komunikan. Pesan ini mengalir melalui suatu media. Yang kemudian bisa terjadi berbagai hambatan dalam prosesnya, inilah yang biasa dikenal dengan noise. Manusia senantiasa mengadakan komunikasi karena manusia membutuhkan transaksi dalam hidup, inilah modus utama sebuah komunikasi yaitu transaksional. Karenanya, komunikasi sering mengundang feedback dari para komunikannya.

Dalam mata kuliah Dasar-dasar Teori Komunikasi, akan dipelajari lebih mendalam lagi beragam proses penyampaian dan pertukaran pesan, dan ini berkaitan erat dengan media yang digunakan dalam prosesnya. Sebut saja jika komunikasi itu menggunakan media face to face, atau menggunakan media massa. Terdapat teori kontekstual yang sangat berbeda untuk dua contoh tadi.


Mempelajari teori-teori komunikasi menjadi semacam pedoman fundamental untuk mahasiswa Ilmu Komunikasi untuk lebih mengenal lagi bidang studi yang didalaminya.

Teori adalah konsep-konsep atau abstraksi, penyederhanaan dari suatu fakta atau pengetahuan. Pengetahuan itu sendiri merupakan perspektif panca indera yang bisa jadi sangat relatif, karena tidak semua orang berlatar belakang sama, entah itu latar belakang pendidikan, budaya, agama, sehingga bagaimana menanggapi suatu pengetahuan bisa sangat berbeda antara seseorang dengan yang lain. Seorang yang melihat sebuah rumah dari depan, akan berbeda perspektif dengan orang yang melihat rumah yang sama dari samping.

Atas dasar heterogenitas manusia, keberagaman latar belakang, teori hadir menjadi konsep untuk dijalankan menjadi sebuah metode, menjadi intisari pengetahuan yang diterima secara universal, disepakati umum, hingga dalam hal ini memudahkan manusia untuk menerapkannya. Teori terbagi dua: General atau Umum dan Kontekstual.

1. Pendekatan Keilmuan

Sebuah pengetahuan, akan menjadi ilmu pengetahuan jika memenuhi syarat-syarat : sistematis, pengetahuan tersebut haruslah sistematis, tersusun dengan jelas, sehingga dapat dicerna akal manusia. Pengetahuan tersebut memiliki objek kajian, Filsafat misalnya, objek kajiannya adalah segala hal yang ada dan mungkin ada. Pengetahuan tersebut memiliki metodologi. Serta yang terakhir, pengetahuan tersebut bersifat universal, tidak diketahui oleh kelompok tertentu semata, bisa diterima khalayak luas.

Ilmu-ilmu pengetahuan yang beragam ini lalu diklasifikasi melalui beberapa pendekatan keilmuan:

a. Pendekatan Scientific

Pendekatan keilmuan scientific, sifatnya sangat objektif. Memiliki alat ukur yang terstandar (standardize). Sebuah alat ukur yang umum.

Ilmu pengetahuan yang terdapat dalam pendekatan scientific seperti Fisika, di seluruh dunia telah menjadi standar yang umum bahwa frekuensi bunyi adalah panjang gelombang dibagi waktu. Dan tidak akan terjadi perdebatan mengenai hal ini.

b. Pendekatan Humaniora

Sangat berbeda dengan pendekatan scientific, pendekatan humaniora sifatnya subjektif. Pendekatan ini memahami bahwa manusia dapat diukur. Pendekatan ini berkaitan dengan nilai, budaya, sejarah, dll. Seperti halnya pengalaman. Kita mendapatkan pengalaman dengan dua jalan, langsung dan tidak langsung. Idealnya, pengalaman langsung kita dapatkan untuk hal yang baik, seperti mendapatkan cumlaude di akhir kuliah. Dan pengalaman tidak langsung untuk hal-hal yang tidak begitu baik seperti kita mendengar kabar seseorang yang di-DO. Dari kedua pengalaman itu, kita memetik nilai-nilai.

c. Pendekatan Ilmu Sosial

Pendekatan ini merupakan perpaduan scientific-humaniora. Karena kadang kita mengamati gejala sosial manusia dan masyarakat menggunakan metode yang ilmuah, sistematis, melalui rangkaian proses.

1. TEORI KONTEKSTUAL

Dalam komunikasi, sebagaimana telah disebutkan di atas, kita mengenal banyak kondisi di mana komunikator menggunakan media yang berbeda dalam menghadapi berbagai jumlah komunikan, dan disertai tujuan komunikasi yang berbeda pula. Jika komunikator menginginkan self-disclosure dengan seseorang, maka dia perlu menerapkan metode-metode dalam teori komunikasi interpersonal. Sebaliknya, jika komunikator berkeinginan untuk menjalankan sebuah sistem kelompok, dengan tujuan yang akan dicapai bersama, maka dia akan memegang teguh prinsip-prinsip komunikasi kelompok.

Teori-teori itu disebut Teori Kontekstual, yang antara lain:

a. Intrapersonal Communication, yaitu interaksi dengan diri pribadi, yang sering terjadi ketika kita mempertimbangkan suatu hal. Interpersonal Communication mungkin terjadi karena setiap manusia memiliki dua hal yang bertentangan dalam dirinya yaitu ego dan nurani.

b. Interpersonal Communication, yaitu pertukaran pesan yang dilakukan dua orang yang sejajar, dan tidak lebih, di mana tujuan utamanya adalah self-disclosure. Pesan yang terdapat dalam komunikasi ini sifatnya pribadi, dan proses penyampaiannya lebih efektif melalui tatap muka secara langsung, meski dalam abad revolusi komunikasi saat ini, teknologi membolehkan terjadinya interpersonal communication, melalui telepon atau perbincangan (chat) di internet, dll.

c. Group Communication, yaitu pertukaran pesan dalam kelompok manusia yang sejajar dan berjumlah tiga hingga lima belas orang, yang saling berinteraksi dalam jangka waktu yang lama sehingga terjadi interdependensi dan menjadikan mereka memiliki tujuan yang sama.

d. Organizational Communication, adalah pertukaran pesan dalam organisasi, yaitu kelompok berstruktur. Terdapat aturan di dalamnya. Dan mereka melakukan interaksi yang terus-menerus demi tujuan utama sebuah organisasi: eksistensi.

e. Mass Communication, yaitu proses penyampaian pesan dari sebuah lembaga dengan masyarakat anonim yang heterogen sehingga pesannya bersifat umum dan cenderung bersifat satu arah, one way communication. Dalam komunikasi massa, tidak terjadi feedback/ umpan balik dan komunikasi massa senantiasa menggunakan teknologi.

f. Intercultural Communication, adalah pertukaran pesan antarkebudayaan.

1. TEORI UMUM

a. Teori-teori Fungsional & Struktural

Teori fungsional adalh teori yang asalnya adalah Biologi, teori ini menekankan pada bagaimana mengorganisir & mempertahankan sistem. Sementara teori struktural yang berasal dari ilmu linguistik berbicara tentang fakta bahwa seorang pengamat adalah bagian dari struktur, sehingga cara pandangnya juga akan dipengaruhi oleh struktur di luar dirinya. Teori struktural menekankan kajiannya pada bagaimana mengorganisir bahasa dan sistem sosial.

b. Teori-teori Behavioral & Kognitif

Dikenal juga sebagai tori tingkah laku dan teori pengetahuan. Teori-teori ini berkembang dari ilmu-ilmu pengetahuan behavioral dan aliran-aliran psikologi. Oleh karena itu, sifatnya sangat individual.

Pusat kajian teori behavioral & kognitif ini berfokus pada diri manusia secara individu. Salah satu konsep yang paling terkenal adalah teori S-R, Stimulus-Response yang menggambarkan bahwa proses informasi antara stimulus dan respon, bahwa manusia bersikap dan bertindak karena adanya stimulan. Manusia bersikap karena pengetahuannya yang dibentuk oleh lingkungan seperti lingkungan keluarga dan organisasi.

c. Teori Konvensional & Interaksional

Teori-teori ini berkembang dari aliran pendekatan interaksional simbolis, pandangan dan asumsi teori konvensional & interaksional bahwa kehidupan sosial merupakan suatu proses interaksi yang sifatnya membangun, memelihara, mengubah kebiasaan tertentu, termasuk bahasa dan simbol-simbol yang digunakan dalam komunikasi. Bahwa pengetahuan dapat ditemukan melalui metode interpretasi makna.

d. Teori Kritis dan Interpretif

Penekanan teori kritis dan interpretif terletak pada peran subjektivitas yang didasarkan pada pengalaman individual. Teori ini memandang “meaning” sebagai konsep kunci dalam teori-teori ini. Teori kritis dan interpretif dikembangkan oleh Negara-negara di Eropa, utamanya di Jerman, Frankfut School.

Pokok-pokok Pikiran Talcott Parsons



Sistem Sosial dalam Pendekatan Fungsionalisme-Struktural

Salah satu pendekatan teoritis sistem sosial yang paling populer dari pendekatan-pendekatan yang lain adalah pendekatan yang amat berpengaruh di kalangan para ahli sosiologi selama beberapa puluh tahun terakhir ini. Sudut pendekatan tersebut menganggap bahwa masyarakat, pada dasarnya , terintegrasi di atas dasar kata sepakat para anggotanya akan nilai, noma, dan aturan kemasyarakatan tertentu, suatu general agreements yang memiliki daya mengatasi perbedaan-perbedaan pendapat dan kepentingan di antara para anggota masyarakat.

Pendekatan ini memandang masyarakat sebagai suatu sistem yang secara fungsional terintegrasi ke dalam suatu bentuk ekuilibrium. Karena sifatnya demikian, maka aliran pemikiran ini disebut sebagai integration approach, order approach, equilibrium approach atau lebih populer disebut structural-functional approach .


Pendekatan Fungsionalisme Struktural awalnya muncul dari cara melihat masyarakat dengan dianalogikan sebagai organisma biologis. Auguste Comte dan Herbert Spencer melihat adanya interdependensi antara organ-organ tubuh kita yang kemudian dianalogikan dengan masyarakat. Sebagaimana alasan-alasan yang dikemukakan Herbert Spencer sehingga mangatakan masyarakat sebagai organisma sosial adalah:

a. Masyarakat itu tumbuh dan berkembang dari --this article is a copy of kindasoup.blogspot.com works, if you don't erase this, it means you don't manage to read entire article--yang sederhana ke yang kompleks

b. Pertumbuhan dan perkembangan masyarakat berjalan secara perlahan atau evolusioner

c. Walaupun institusi sosial bertambah banyak, hubungan antarsatu dan lainnya tetap dipertahankan kerena semua institusi itu berkembang dari institusi yang sama

d. Seperti halnya bagian dalam organism biologi, bagian-bagian dalam organism sosial itu memiliki sistemnya sendiri (subsistem) yang dalam beberapa hal tertentu dia berdikari.

Pokok pikiran inilah yang melatar belakangi lahirnya pendekatan fungsionalisme-struktural yang kemudian mencapai tingkat perkembangannya yang sangat berpengaruh dalam sosiologi Amerika, khususnya di dalam pemikiran Talcott Parsons (1902-1979).

Talcott Parsons lahir di Colorado Springs Amerika Serikat putra seorang pendeta. Meskipun awalnya menekuni ilmu biologi kemudian dia juga mempelajari sosial ekonomi. Pemikirannya dipengaruhi oleh pemikir-pemikir seperti Weber, Durkheim dan Vilfredo Pareto yang mengedepankan pendekatan sistem.

Parson adalah tokoh fungsionalisme struktural modern terbesar hingga saat ini.

Pendekatan fungsionalisme-struktural sebagaimana yang telah dikembangkan oleh Parsons dan para pengikutnya, dapat dikaji melalu anggapan-anggapan dasar berikut:

a. Masyarakat haruslah dilihat sebagai suatu sistem dari bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain

b. Dengan demikian hubungan pengaruh mempengaruhi di antara bagian-bagian tersebut bersifat timbal balik

c. Sekalipun integrasi sosial tidak pernah dapat dicapi dengan sempurna, namun secara fundamental sistem sosial selalu cenderung bergerak kea rah ekuilibrium yang bersifat dinamis

d. Sistem sosial senantiasa berproses ke arah integrasi sekalipun terjadi ketegangan, disfungsi dan penyimpangan.

e. Perubahan-perubahan dalam sistem sosial, terjadi secara gradual, melalui penyesuaian-penyesuaian dan tidak secara revolusioner.

f. Faktor paling penting yang memiliki daya integrasi suatu sistem sosial adalah konsensus atau mufakat di antara para anggota masyarakat mengenai nilai-nilai kemasyarakatan tertentu.

Dengan kata lain, suatu sistem sosial, pada dasarnya, tidak lain adalah suatu sistem dari tindakan-tindakan. Ia terbentuk dari interaksi sosial yang terjadi di antara berbagai individu, yang tumbuh berkembang --this article is a copy of kindasoup.blogspot.com works, if you don't erase this, it means you don't manage to read entire article--tidak secara kebetulan, namun tumbuh dan berkembang di atas consensus, di atas standar penilaian umum masyarakat. Yang paling penting di antara berbagai standar penilaian umum tersebut adalah norma-norma sosial. Norma-norma sosial itulah yang membentuk struktur sosial.

Sistem nilai ini, selain menjadi sumber yang menyebabkan berkembangnya integrasi sosial, juga merupakan unsur yang menstabilir sistem sosial budaya itu sendiri.

Oleh karena setiap orang menganut dan mengikuti pengertian-pengertian yang sama mengenai situasi-situasi tertentu dalam bentuk norma-norma sosial, maka tingkah laku mereka kemudian terjalin sedemikian rupa ke dalam bentuk suatu struktur sosial tertentu. Kemudian pengaturan interaksi sosial di antara mereka dapat terjadi Karena komitmen mereka terhadap norma-norma yang mampu mengatasi perbedaan pendapat dan kepentingan individu. Dua macam mekanisme sosial yang paling penting di mana hasrat-hasrat para anggota masyarakat dapat dikendalikan pada tingkat dan arah menuju terpeliharanya sistem sosial adalah mekanisme sosialisasi dan pengawasan sosial (social control)

B. Paradigma AGIL (Adaptation, Goal-Attainment, Integration, Latent-Pattern-Maintenance)

Kehidupan sosial sebagai suatu sistem sosial memerlukan terjadinya ketergantungan yang berimbas pada kestabilan sosial. Sistem yang timpang, sebut saja karena tidak adanya kesadaran bahwa mereka merupakan sebuah kesatuan, menjadikan sistem tersebut tidak teratur. Suatu sistem sosial akan selalu terjadi keseimbangan apabila ia menjaga Safety Valve atau katup pengaman yang terkandung dalam paradigma AGIL .

Paradigma AGIL adalah salah satu teori Sosiologi yang dikemukakan oleh ahli sosiologi Amerika, Talcott Parsons pada sekitar tahun 1950. Teori ini adalah lukisan abstraksi yang sistematis mengenai keperluan sosial (kebutuhan fungsional) tertentu, yang mana setiap masyarakat harus memeliharanya untuk memungkinkan pemeliharaan kehidupan sosial yang stabil. Teori AGIL adalah sebagian teori sosial yang dipaparkan oleh Parson mengenai struktur fungsional, diuraikan dalam bukunya The Social System, yang bertujuan untuk membuat persatuan pada keseluruhan system sosial. Teori Parsons dan Paradigma AGIL sebagai elemen utamanya mendominasi teori sosiologi dari tahun 1950 hingga 1970.

AGIL merupakan akronim dari Adaptation, Goal Attainment, Integration, dan Latency atau latent pattern-maintenance, meskipun demikian tidak terdapat skala prioritas dalam pengurutannya.

a. Adaptation yaitu kemampuan masyarakat untuk berinteraksi dengan lingkungan dan alam. Hal ini mencakup segala hal; mengumpulkan sumber-sumber kehidupan dan menghasilkan komuditas untuk redistribusi sosial.

b. Goal-Attainment adalah kecakapan untuk mengatur dan menyusun tujuan-tujuan masa depan dan membuat keputusan yang sesuai dengan itu. Pemecahan permasalahan politik dan sasaran-sasaran sosial adalah bagian dari kebutuhan ini.

c. Integration atau harmonisasi keseluruhan anggota sistem sosial setelah sebuah general agreement mengenai nilai-nilai atau norma pada masyarakat ditetapkan. Di sinilah peran nilai tersebut sebagai pengintegrasi sebuah sistem sosial

d. Latency (Latent-Pattern-Maintenance) adalah memelihara sebuah pola, dalam hal ini nilai-nilai kemasyrakatan tertentu seperti budaya, norma, aturan dan sebagainya.

Di samping itu, Parsons menilai, keberlanjutan sebuah sistem bergantung pada persyaratan:

a. Sistem harus terstruktur agar bisa menjaga keberlangsungan hidupnya dan juga harus mampu harmonis dengan sistem lain

b. Sistem harus mendapat dukungan yang diperlukan dari sistem lain

c. Sistem harus mampu mengakomodasi para aktornya secara proporsional

d. Sistem harus mampu melahirkan partisipasi yang memadai dari para aktornya

e. Sistem harus mampu untuk mengendalikan perilaku yang berpotensi mengganggu

f. Bila terjadi konflik menimbulkan kekacauan harus dapat dikendalikan

g. Sistem harus memiliki bahasa Aktor dan Sistem Sosial.

Menurutnya persyaratan kunci bagi terpeliharanya integrasi pola nilai dan norma ke dalam sistem ialah dengan sosialisasi dan internalisasi. Pada proses Sosialisasi yang sukses, nilai dan norma sistem sosial itu akan diinternalisasikan. Artinya ialah nilai dan norma sistem sosial ini menjadi bagian kesadaran dari aktor tersebut. Akibatnya ketika si aktor sedang mengejar kepentingan mereka maka secara langsung dia juga sedang mengejar kepentingan sistem sosialnya.
Sementara proses sosialisasi ini berhubungan dengan pengalaman hidup (dan spesifik) dan harus berlangsung secara terus menerus, karena nilai dan norma yang diproleh sewaktu kecil tidaklah cukup untuk menjawab tantangan ketika dewasa.

C. Kelemahan Teori Fungsionalisme-Struktural dan AGIL

Parsons dan para pengikutnya telah berhasil membawa pendekatan fungsionalisme struktural ke tingkat perkembangannya yang sangat berpengaruh di dalam pertumbuhan teori-teori sosiologi hingga saat ini, namun pendekatan ini juga telah mengundang --this article is a copy of kindasoup.blogspot.com works, if you don't erase this, it means you don't manage to read entire article--paling banyak perdebatan. David Lockwood memaparkan bahwa pandangan pendekatan ini terlalu normatif, karena menganggap bahwa masyarakat akan selalu berada pada situasi harmoni, stabil, seimbang, dan mapan. Ini terjadi karena analogi dari masyarakat dan tubuh manusia yang dilakukan oleh Parson bisa diilustrasikan, bahwa tidak mungkin terjadi konflik antara tangan kanan dengan tangan kiri dengan tangan kanan, demikian pula tidak mungkin terjadi ada satu tubuh manusia yang membunuh dirinya sendiri dengan sengaja. Demikian pula karakter yang terdapat dalam masyarakat. Suatu sistem sosial, Lembaga masyarakat misalnya, akan selalu terkait secara harmonis, berusaha menghindari konflik, dan tidak mungkin akan menghancurkan keberadaannya sendiri.

Daftar Pustaka

Social Control. Sukarna, Drs. 1990, Citra Aditya Bakti: Bandung

Sistem Sosial Indonesia. Nasikun, Dr., 1984. Rajawali Press: Jakarta.

http://www.forumsains.com/artikel/fungsionalisme-struktural/

http://id.wikipedia.org

http://www.megaessay.com

http://prari007luck.wordpress.com/tag/modernisasi/

Wednesday, October 22, 2008

Being Communication Department Student

Sejak aku rasakan betapa gak enaknya browsing keterangan yang aku perlukan tentang salah satu judul mata kuliah, dan malah ketemu yang gak nyambung atau yang ngawur, aku mulai berpikir untuk membuat blog kindasoup, biar aku saja yang mengalami hal itu dan aku harap, kindasoup ini akan berguna buat kamu.
I really enjoy making tasks, for me it is a kind of eating soup, warm, delicious, fresh and absolutely healthy.