Friday, August 29, 2014

Lovely blog like yours

I came across a post from a friend on her facebook page, and I recalled her, my old friend from the dutch land. Her name is Yeng Che Chow, a Chinese girl who has spent all her life in Netherland, so she's basically Dutch with Chinese appearance, she spoke I think 5 different languages. I met her for such a short time, it was autumn, the beginning of college. We were in a project for a multicultural communication. We talked occasionally, only as a partner in a project until one day she stopped me in front of  Montesqui building, I didn't know what got into her, she said that she might stop her master for work. I was overwhelmed, it's a big decision for someone to make, however it was not too late for her because we just started the semester. I don't exactly remember what I've said to her, maybe something about live up your dream, don't confuse your dream to someone else's. And then the next week, she really did never show up at classes anymore. I wasn't sad, but I knew something was missing.

She contacted me number of times, saying that she's working now, how am I doing etc. But I took what she meant as 'work' for granted. As I saw her blog, now I understand. She's such a creative soul. She needs to develop her creativity otherwise she will go dim. And I'm happy to know that she follows her dream to work in creative industry.

Follow her blog: www.ricepop.blogspot.com
ricepop.nl


Now, sometimes we will face this kind of dilemma, and it will need gut to decide what shall we do. But if you follow your heart, really your heart, everything else will come around. In time.

Thursday, August 28, 2014

BAJABU'

Setelah kemarin saya sudah menulis tentang meatloaf, sekarang mari meningkatkan semangat kelokalan dengan membuat resep wajib hari raya di rumah saya: bajabu'. Bajabu' adalah sejenis kelapa parut kering dengan rasa gurih yang cocok dinikmati dengan buras. Kalo di Jawa namanya serundeng kelapa. Selain hari raya, di hari biasa bajabu' cocok dengan nasi kuning atau songkolo. 

Ceritanya saya bisa terinspirasi membuat bajabu' adalah setelah saya membuat onde-onde basah untuk naik kantor suami saya, saya masih punya banyak kelapa parut, dan anehnya kelapa itu belum basi setelah sekian lama. Dan ternyata saya menemukan satu tip dan trik berharga, biar kelapa parut tidak cepat basi, setelah dibeli kukus dulu selama kurang lebih 30 menit, setelah itu simpan di lemari es, insyaAllah lebih tahan lama. Kembali ke cerita, saya kemudian bertanya ke Ummi resep bajabu' khas hari raya itu dan inilah instruksi Ummi.

1. Peras asam segenggam dengan air dua gelas. Buang ampas.
2. Haluskan 4 siung bawang merah dan 4 siung bawang putih
3. Potong-potong kecil dada ayam +- 150gr.
4. Siapkan 15 gram gula merah
5. Tumis bawang merah dan bawang putih sampai harum dengan minyak goreng secukupnya sampai wangi, masukkan dada ayam, aduk sampai daging ayam matang.
6. Masukkan air asam dan gula merah, masak sampai gula merah meleleh. Masukkan garam sesuai selera.
7. Masukkan kelapa. Kelapa akan secara praktis menyerap semua air, tetapi harus tetap diaduk sampai kelapa parut sedikit lebih kering. Hal ini agar bajabu' lebih tahan lama. Setelah diaduk di penggorengan kurang lebih 20-30 menit, bajabu' akan kering. Matikan api, biarkan uapnya hilang, pindahkan ke wadah.

Saya lumayan bangga juga akhirnya bisa buat bajabu' sendiri. Dulu saya taunya cuma makan buatan nenek tercinta saya yang meninggal tahun 2012, dan waktu di Belanda, saya sempat mengalami keterkangenan terhadap bajabu', ajaibnya bajabu' ada di Belanda! Meskipun rasanya kering sekali mungkin karena kelapa impor yang diawetkan.

Ohya, kemarin saya berhasil membuat rainbow cake! wohoo. Resepnya dapat dari sini: http://www.justtryandtaste.com/2012/06/cake-kukus-pelangi-alangkah-indahmu.html
Teruji dan terbukti :)

Dengan cintahh,

(InsyaAllah) istri sholihah.


Tuesday, August 26, 2014

Meatloaf VSM

Jadi, saya sudah menjadi seorang ibu rumah tangga. Dan kesenangan saya mulai pelan-pelan beralih ke dapur, mendadak saja di mata saya dapur itu terlihat seperti ini:

Saya senang berada di dapur, saya bisa di dapur seharian dan hanya keluar dari sana saat sholat saja. Entah sudah berapa macam resep diuji di dapur saya, suami saya paling suka sama pizza, sapi lada hitam, coto, perkedel tahu, perkedel jagung, apple crumble, martabak, terang bulan, ayam goreng crispy, ikan goreng tepung... hmm hampir semua masakan saya ;)

Tadi siang saya membuat resep baru yang terinspirasi dari masterchef season 5: meatloaf. Meatloaf adalah makanan Amerika yang dulunya banyak dikonsumsi oleh masyarakat menengah ke bawah, tetapi status daging giling meningkat seiring waktu dan yang kita tahu sekarang, meatloaf ada hampir di semua rumah tangga di Amerika. Resep meatloaf luar biasa gampang, berikut akan saya jelaskan.

Daging:
Kornet 340gr
Telur 1 butir
Tepung roti 5sdm
Daun sop/parsley 3 batang iris
Bawang bombay 1 siung cincang
Garam secukupnya.
Saus tomat secukupnya
Susu cair 1/4 gelas

Isi:
telur rebus kupas 2 butir

Campur semua bahan daging jadi 1, bentuk seperti loaf/roti memanjang setelah diisi telur rebus dan panggang 30 menit. Keluarkan dari oven dan oles dengan saus tomat. Panggang lagi selama 40 menit.

Paling enak dinikmati bersama kentang tumbuk.





Thursday, May 8, 2014

H-3

Aku dan kamu. Pertemuan kita mungkin dapat dihitung jari, pembicaraan kita hanya seputar komunitas ikhwah, itu juga dapat dihitung jari. Tetapi satu obrolan di media sosial yang tak pernah kulupa pada bulan Mei 2011. Yaitu pada saat aku merasa dan berkata bahwa takdirku sungguh lucu, kamu menegur agar tidak berkata seperti itu.

Sekarang, Mei 2014, mungkin kamu tak dapat mengelak lagi, bahwa takdir memang lucu, jika takdir seorang manusia, dia mestilah humoris. Kita berpindah dari takdir satu ke takdir lainnya dengan sangat tidak terduga dan sebelum kita sadari, kita berada di sini, sejak awal telah ditakdirkan untuk bersama.

Allah telah menentukan pertemuan kita, aku selalu percaya pada takdir baik yang ditetapkan Allah padaku. Dan karena Allah yang menentukan bahwa kamulah imamku, aku mempercayaimu.

Sampai bertemu saat aku telah menjadi istrimu.

Tuesday, May 6, 2014

H-5

Aku tentang cinta:
http://www.goodreads.com/review/show/145821737

Ya Rahman, Ya Rahiim, dariMu cinta, bagiMu cinta...

Hamba tahu bahwa satu hati telah Engkau tetapkan di lauh mahfuz, ruhnya dibagi menjadi dua, dan diterbangkan di belahan bumi berbeda. Setengahnya ada di sini, setengahnya lagi Engkau yang tahu, dan hanya pertemukanlah dua belah hati itu saat mereka siap menjadi satu hati baik yang bermanfaat bagi banyak orang. Amin. 
(14 Maret 2012)


Monday, May 5, 2014

Remember, Remember, the February

(Draft 12 Februari 2012)

When February arrived a while ago, it made me reminisce about gorgeous friendship I had with Benes. Ingatkah Bens, kita pernah punya persahabatan yang unik. Persahabatan itu bukan hanya tidak bisa dilupakan kita, tapi juga orang lain yang melihatnya. Meski kini sudah berjauhan, berkesibukan.
*
Juga tentang tema musik Februari yang mengingatkan saya pada kalian.
*
Saya selalu senang melihat serpihan debu semasa kecil dulu. Saat Ummi menyapu pagi hari dan saya memasang kaos kaki di depan pintu. Debu-debu emas itu berhamburan setiap kali Ummi mengayunkan sapu ijuknya. Pemandangan yang selalu membuat saya terpana, sampai Ummi meminta saya pindah.
Debu itu begitu bebas. Mereka terbang ke mana mereka dihempaskan, terkadang melawan, meski tak selalu berhasil.

Seorang pria Eropa memainkan piano klasik di tengah ruangan penuh debu emas. Ini video musik terbaik sepanjang zaman.
*
Mengenai debu, saya sedang membaca tulisan Paulo Coelho tentang anak penggembala -dan di mana hubungannya?. Ceritanya tentang pengembaraan seorang pemimpi. Ia bermimpi, dan dipanggil oleh takdirnya untuk memenuhi mimpi itu. Meski ia tahu perjalanannya tak akan mudah, ia mulai berkelana, melintasi padang pasir -lalu saya memikirkan debu-debu lagi. Sebenarnya buku itu adalah buku yang sangat penting, metafora yang ada di dalamnya adalah tentang hidup kita.
Bens, kita sedang menjalani kehidupan kita masing-masing. Memenuhi takdir kita yang sesungguhnya. Kita ini hebat, jika kita mau menjadi hebat. Saya berdoa segala kebaikan yang terbaik menurut Allah untuk takdir-takdir kita. Kebaikan yang membuat kita jadi baik, dan bermanfaat bagi banyak orang.

Uhibbukunna fillah.


Thursday, May 1, 2014

H-10

Gigi kebijaksanaan dan hubungannya dengan dorongan ingin menikah.

Kedengarannya akan janggal, tapi saya tidak sedang melucu.
***

Suatu waktu saya hidup sendiri demikian lama di negeri yang jauh orang tua, saudara dan sahabat, lalu saya mendadak  sakit gigi. Tiba-tiba saya merasakan semacam dorongan asing dari dalam diri sendiri untuk menikah. Ini luar biasa mengingat sejarah antara saya dan pernikahan serta ta'arufan.

Gusi saya bengkak parah waktu itu, karena gigi terakhir alias gigi kebijaksanaan mendorong menembus gusi untuk keluar, mengacaukan barisan gigi sebelumnya. Gigi terakhir disebut gigi kebijaksanaan atau wisdom teeth mungkin karena diharapkan setelah gigi ybs mencuat, yang punya gigi akan lebih bijaksana dalam menyikapi aneka ragam tantangan berat dalam kehidupan. Sedangkan rasa sakit yang ditimbulkan wisdom teeth merupakan permulaan alias hint dari tantangan itu. Rasa sakit yang luar biasa menyiksa. Makan dan bicarapun tak bisa, hanya bisa minum cairan seperti madu, susu dan air rebusan wortel -dan makan wortel lunaknya jika memungkinkan untuk mengunyah. Sebenarnya saya tidak berminat menelan apa-apa, tetapi demi gizi dan energi saya paksakan diri. Apalagi besok ada satu kelas yang mustahil untuk bolos.

Esoknya, alhasil saya berangkat ke kampus, bersepeda 1.7 km di penghujung musim gugur sembari menahan sakit yang menjadi-jadi dan lemas yang bertambah-tambah.

Di kelas, saya yang biasanya duduk paling dekat ke dosen, mengambil kursi di pojokan sambil menyeruput tanpa bunyi coklat hangat dari vending machine (di negeri ini, mahasiswa boleh makan dan minum dalam kelas). Di waktu istirahat kuliah (soalnya kuliah 2.5 jam saudara-saudara), sahabat saya Patricia (saya memanggilnya Patito) amat jatuh kasihan pada saya yang wajahnya mengalami pembengkakan, mata menyipit, dan bicara terbatas. Patito menelepon seseorang dan berbicara dalam bahasa Spanyol, ternyata itu temannya yang dentist.  Pesan dari temannya itu  untuk sekarang coba minum parasetamol.

Mendengar itu saya cepat-cepat menanggapi (walau kesulitan ngomong) "Patito, I'm allergic to paracetamol..."

Pati merogoh dompet icihnya dan mengeluarkan papan tablet obat, "you can take this instead Ridito (dia memanggil saya Ridito biar senada dengan namanya), it's safe for your allergy." Ia menyodorkan obat yang judulnya ibuprofen. Saya berterimakasih, bismillah dan menenggak obat tersebut.

Nyeri berkurang tapi segera kembali lagi saat efek obatnya hilang.
***
Malam itu, saya banyak merenung tentang masa depan.

Masa depan di mana saya sakit gigi, atau sakit yang lebih parah lagi, dan saya sendiri. Orang tua saya, saudara saya, sahabat saya tak ada di samping saya.

Mungkin benar bahwa semua orang membutuhkan seorang sahabat seperjalanan di dunia ini, untuk saling menguatkan, untuk saling menenangkan, karena kesakitan dan perjalanan seorang diri sangatlah menyedihkan.

Saya menenggak ibuprofen yang saya beli di Kring Apotheek sampai harus bolos kuliah, berharap sahabat perjalanan saya segera tiba. []

Monday, April 28, 2014

H-13

Whenever a servant prays over his celestial rug,
A servant's tears falls all the way to the seventh sky.
It begs to enter the book of leader,
and dispatch what have written as a servant whispers.

A servant felt an unseen compassion
All wishes were granted.

A servant felt a great love 
All whispers were heard.

Now and forever a servant shall pray over his celestial rug,
for he communicate love through his tears that falls
to the highest.

22 April 14

Tokoh Utama

Kita semua adalah tokoh utama, kawan. Siapapun kita.
Seorang jagoan di suatu kota metropolis yang selalu siap membela kebenaran dan membasmi kejahatan adalah tokoh utama.
Seorang penjahat yang habis-habisan dalam perjuangan menguasai dunia dan menundukkan orang lain adalah tokoh utama.
Seorang siswa pemalu yang duduk diam di sudut ruangan tak  berpikir apa, tak berbicara apa adalah tokoh utama.
Karena dalam pikiran kita, kita berpikir tentang aku. Aku yang aku. Aku yang meng-aku.
Olehnya itu kita semua adalah tokoh utama.
Kita mendapatkan waktu di penayangan film kita masing-masing dengan porsi yang besar. Itu karena kita tokoh utama.
Kita banyak berdialog dalam film kita masing-masing, atau terdiam berbicara pada diri sendiri seperti mengisi suatu narasi. Itu karena kita tokoh utama.
Kita berdiskusi dan bernegosiasi dengan Sutradara mengenai jalan cerita yang kita kehendaki, terkadang Sutradara merubah plot, terkadang kitalah yang harus menjalankan peran sebagaimana adanya. Itu karena kita tokoh utama.
Sekarang, aku yakin kamu percaya bahwa kita semua adalah tokoh utama.
*
Tetapi ini aneh kawan.
Di film di mana aku menjadi pemeran utama, kamu hadir membawa informasi kunci.
Aku pernah mendengar tentang tokoh kunci. Mereka adalah orang-orang terpilih, yang film-filmnya meledak di pasaran sehingga mereka dijadikan bintang tamu di film-film orang lain.
Dan setelah lima belas tahun lebih aku mengenalmu,
     semua jadi masuk akal...
Karena kamu telah mengakui bahwa kamu adalah...

BATMAN.

Tuesday, April 15, 2014

Tilburg-ache: Thesis

Sebenarnya ingin saya melanjutkan bercerita tentang tempat-tempat yang dulu selalu saya datangi selama di Tilburg. Daftar telah disusun: El-Feth, Suleymeniye, De Duynsberg, Open Markt, Westermarkt, Ritjse Akkers, Heuvelstraat, Kruisstraat, hutan depan gedung Cobbenhagen. Sungguh banyak yang ingin saya kisahkan. Tetapi kisah mengenai kamar penuh kertas dan sticky note di suatu sudut jalan Beneluxlaan, perjalanan bolak-balik perpustakaan dan ruangan Stefania mendadak hadir di pikiran, menimbulkan gejala yang diberi nama Tilburgache, alias sakit kangen pada kota Tilburg.

Mungkin karena salah seorang sahabat saya masih di sana, berkutat ingin lepas dari belit dan jerat tesis yang sungguh ruwet.
***
Pada 4 Desember 2012, setelah dua unit satu semester yang panjang dan melelahkan, mahasiswa CIS (Communication and Information Sciences) angkatan 2012-2013 dikumpul dalam satu kelas besar kapasitas ratusan orang di gedung Dante, Tilburg University. Waktu itu atmosfirnya sedikit mencekam, mungkin selain karena lagi awal musim dingin, yang berdiri di podium adalah Maria Moss, koordinator tesis fakultas.

Entahlah, seharusnya menyusun tesis menjadi suatu kewajaraan dan keniscayaan bagi seorang mahasiswa master, tetapi jika sudah dihadapkan dengan satu kata itu bawaannya jadi kaget dan panas dingin seakan-akan tak pernah menyangka bisa bertemu.

Saya termasuk yang panas dingin juga waktu mendengarkan pidato dan penjelasan Maria Moss mengenai sistem pengajuan tesis. Di samping saya sudah banyak wajah-wajah pucat dan gundah gulana. Selama ini berkuliah dua unit di Tilburg University, saya selalu berharap bisa melakukan penelitian tentang metafora behavioral dikaitkan dengan teori event structure metaphor oleh Lakoff (1993), tetapi saudara-saudara... penelitian metafor behavioral membutuhkan partisipan yang akan diuji dalam waktu yang tak singkat, dan partisipan dibayar, dan saya dapat uang dari mana untuk bayar mereka? (Hiks, nangis ceritanya). Saat itu saya memang sudah patah arang, hilang orientasi begitu sadar tentang akan beratnya menjalankan ide penelitian saya.

Maria Moss meminta kami untuk memilih lima topik yang ditawarkan di course thesis blackboard (website khusus mahasiswa kampus), berdasarkan skala prioritas, dan topik-topik yang ditawarkan ini sudah disesuaikan sama interest penelitian fakultas serta keahlian supervisor-supervisor yang ada. Saya segera buka blackboard dan memilah-milih berdasarkan efektifitas dan efisiensi. Pilihan jatuh pada topik yang diawasi oleh Stefania Milan, topik yang berkisar di antara guerrila media, social media movement dan lain sebagainya. Tapi waktu itu saya masih belum ada gambaran jelas mengenai judul dan bagaimana saya akan melakukan penelitian.

Unit kuliah musim semi dimulai. Galau semakin menjadi-jadi, saya belum juga ketemu ide tentang penelitian yang akan saya laksanakan. Penelitiannya jelas tidak boleh abal-abal, soalnya Tilburg University adalah kampus yang sangat menjunjung tinggi penelitian. Ada orang yang bertahun-tahun tidak lulus, mandek di penelitiannya. Maklum, kualitas penelitian sangat mendukung rank kampus, kalau rank-nya tinggi kan banyak yang daftar kuliah di situ.

Awalnya saya mau analisis Arab Spring, tetapi gimana mengumpulkan datanya, gimana mau wawancaranya. Ide ini tidak rasional untuk dijalankan dalam hanya beberapa bulan. Waktu itu saya ingat supervisor saya mulai rada tidak percaya sama saya yang ngga jelas ini. Di tengah kesedihan akibat penghakiman sepihak dari supervisor, saya berangkat ke Utrecht untuk liqo, pas di kereta saya terinspirasi untuk melakukan penelitian tentang citizen journalism yang mulai menjamur di Twitter Indonesia. Ide utamanya adalah ingin melihat kepercayaan masyarakat, apakah terdapat pergeseran dari media konvensional kepada informasi yang dilaporkan rakyat? Walhasil saya segera ketemu supervisor, dia mendapat petunjuk bahwa saya akan melakukan penelitian kuantitatif dan langsung memberi saya second reader yang ahli di bidang kuantitatif dan eksperimental. Tetapi waktu itu, sekalipun supervisor saya cepat tanggap, saya bisa lihat di matanya bahwa dia masih sangsi terhadap saya (yang pernah ngga jelas), apalagi beliau orang kualitatif, mungkin kurang sreg dengan metodologi saya. Hiks

Banyak hal yang jadi kendala selanjutnya, waktu saya membangun theoretical framework (alias bab II), academic English saya acceptable saja, maksudnya ngga drop dead amazing gitu. Selain itu, karena mungkin terlanjur underestimate saya, supervisor jarang memberi feedback. Hiks. Pokoknya bermuram durja-lah saya selama sekian lama. Ada kali 40 hari saya pernah diPHP sama sang supervisor. Padahal dua sobat saya yang orang Meksiko dan Spanyol malah diberi feedback secepat kilat.

Tetapi tak menyerah, saya masih rutin mengerjakan thesis di sela-sela sibuknya kuliah unit 3. Waktu mengerjakan tesis saya adalah setiap pukul 7 malam hingga pukul 10.30 malam di perpustakaan, dan seharian di hari Sabtu. Namun demikian, waktu saya tidak habis-habis amat mengerjakan tesis terus, soalnya saya tahu kalau saya benar-benar 24/7 tesis, saya bisa stress sendiri. Sekali seminggu saya ke hutan Wandelboos, menemani nenek-nenek di panti jompo De Duynsberg jalan-jalan sore dan minum teh. Sekali sebulan saya bersepeda ke Korvelseweg atau Open Markt dekat kantor Gemeente Tilburg. Dua kali sebulan saya bertemu sisters di apartemen Hojja tercinta Zeynep Erdogan. Sekali sebulan saya keluar kota untuk liqoat dengan ibu-ibu imigran. Pokoknya jangan sampai tesis terus di pikiran lah.

Ada satu doa yang selalu saya komat-kamitkan setiap sujud, agar Allah memberi saya cara untuk mencuri hati supervisor saya. Soalnya saudara-saudara, supervisor sangatlah besar peranannya atas kelancaran penulisan tesis kita. Seorang mahasiswa boleh maju setiap bab tesis kalau sudah diberi feedback sama supervisor, edit sesuai feedback, kemudian disetor lagi tesisnya untuk di-acc atau revisi lagi. Supervisor benar-benar terlibat. Saya sudah mendengar beberapa cerita tentang mahasiswa yang tak dapat merebut hati supervisor dan malah terlunta-lunta.

Supervisor saya ini adalah orang Italia medok. Saya pertama bertemu di kelas Digital Storytelling yang beliau ajarkan, waktu itu saya dapat B untuk mata kuliahnya.

Nah tidak ada angin tidak ada hujan (yang ada hanya salju dan doa), tiba-tiba supervisor saya mengemail semua peserta kelas Digital Storytelling bahwa dia membuka kesempatan re-sit alias ujian ulang untuk yang hendak meng-improve nilainya, caranya adalah dengan membuat paper. Inilah sungguh kuasa Allah. Ini adalah satu-satunya cara saya untuk bisa membuatnya terkesan pada saya. Allah sudah memberikan jalan, sekarang tinggal usaha saya. Bismillah.

Lalu saya susunlah paper itu dengan se-sophisticated mungkin, sebagus mungkin, untuk menunjukkan bahwa saya sudah jelas sekarang (kemarin-kemarin bawaannya ngga jelas sih), lalu saya serahkan padanya dengan banyak komat-kamit basmalah. Dan tahukah saudara-saudara, tidak sampai seminggu setelah saya serahkan paper itu beliau meng-email saya: "Congratulation, you've got an A for your paper"

Alhamdulillah.

Setelah mencuri hati supervisor, benar saja, proses feedback-feedback-an menjadi lancar. Dulu yang empat puluh hari tak dibalas, kini tak sampai empat puluh menit dapat balasan email beliau. Beliau juga yang rajin memberi buku untuk referensi teori. Salah satu buku dari supervisor yang telah sangat membantu arahan penelitian saya adalah Fissures in the Mediascape (Clemencia Rodriguez, 2001)

Selain supervisor, second reader saya juga sangat berperan besar atas lancarnya penulisan tesis saya. Beliau sangat mengerti tentang online experiment yang hendak saya jalankan, memberikan contoh tesis dengan metodologi serupa, memberi feedback atas rancangan treatment dan kuesioner. Terakhir adalah ACC desain dari beliau (soalnya supervisor tidak -mau- mengerti soal metode kuantitatif).

Kuesioner online saya sebar dan dalam tiga minggu mendapatkan partisipasi sesuai target, saya harus berterimakasih banyak pada banyak pihak yang menyebarkan kuesioner saya, salah duanya adalah mba Asma Nadia dan mba Helvy Tiana Rosa. Hiks.

Selanjutnya adalah olah data. Alhamdulillah selama di Belanda saya menjadi semacam SPSS-geek, uji-uji anova, manova, regresi dan lain sebagainya bisa secepat kilat, analisisnya juga jadi sehari, jadi tahap ini bukanlah tahap yang sulit. Kemudian bab pembahasan dan diskusi. Alhamdulillah.
***
Dengan demikian saudara-saudara, sungguh, jika membayangkan kuliah di luar negeri jangan hanya membayangkan indahnya saja, siapkan mental untuk belajar (entahlah) sekitar 20 kali lebih keras dan cerdas. :)




Sunday, April 13, 2014

H-27

---dan Allah telah menghindarkanku dari berdosa padaNya

Friday, April 11, 2014

H-30

Saya dan kamu pernah duduk-duduk di masjid berlantai putih pada pertengahan Agustus 2006. Kita tanpa sengaja menemukan sobekan kertas sebuah majalah kenamaan. Entah kenapa sobekan itu ada di situ pada hari itu. Tidak ada yang benar-benar tahu. Yang kita tahu sobekan itu berisi kata-kata yang menghujam dalam, mengenai suatu ketetapan -ah, kita sok tahu sekali, saat itu usia kita belum juga tujuh belas:

Di suatu tempat,
Entah di mana, di dunia
Seseorang menunggumu, berdoa
Seperti doa yang biasa kau ucapkan sehabis sholat

Pada suatu saat, entah apabila, di dunia
Seseorang merindukanmu, berjaga-jaga
Seperti malam-malammu yang berlalu sangat lambat

Seseorang menunggu, merindu, berjaga dan berdoa
Di suatu tempat, pada setiap
Seperti engkau, selalu

Ajip Rosidi
Ular dan Kabut, 1972

Tuesday, January 28, 2014

Frostbite

:  the superficial or deep freezing of the tissues of some part of the body (as the feet or hands); also :  the damage to tissues caused by freezing  - Merriam Webster Dictionary
 ***
Untuk menuju ke forum-forum liqoat dulu, semasa saya di Belanda, jalannya adalah dengan menaiki kereta. Saya teringat dulu berkereta Nederlandse Spoorwagen menutu Utrecht, saat itu pikiran saya kalut karena belum menemukan topik yang cocok untuk tesis, tiba-tiba saat sedang memandang keluar jendela saya terilhami dengan kegiatan jurnalisme warga di media sosial, bagaimana kita mengukur seberapa percaya mereka dengan berita-berita horizontal dan membandingkannya dengan tingkat kepercayaan pada berita-berita konvensional atau vertikal. Di kemudian hari saya belajar bahwa renungan dalam kereta itu berbuah manis, luar biasa menghasilkan tesis yang saya sangat bangga terhadapnya, dengan uji-uji yang sesuai dengan prediksi teori. Waktu itu saya merasa seperti JK. Rowling :D
***
Kalau dihitung-hitung saya tidak bisa lagi menghitung berapa kali saya menumpang kereta NS, menjelajah Belanda dari kota demi kota. Salah satu perjalanan yang tidak pernah bisa saya lupakan adalah perjalanan ke kota Nijmegen, rumah Murobbiyah saya. Saya keluar rumah Ahad pagi hari dengan es tipis melapisi jalur pejalan kaki, jarang kendaraan beroda yang melintas pada hari-hari saat salju mencair tetapi membeku lagi begitu suhu turun, karena itu berarti hampir sama dengan bunuh diri. Cara satu-satunya untuk tiba di mana saja adalah dengan berjalan kaki, menggunakan sepatu bot anti tergelincir.

Saya masih ingat tiap kali saya menghembuskan nafas, yang keluar adalah udara padat serupa asap yang janggal namun menakjubkan. Udara sangat dingin karena salju berhenti turun selama beberapa jenak, perlu  diketahui saat musim dingin, justru saat salju turunlah yang menjadi titik terhangat. Jadi kalau misalnya Anda lagi di Eropa, punya jadwal keluar tetapi di luar sedang badai salju, lebih baik Anda keluar sekarang karena itulah masa-masa terhangat yang bisa Anda dapatkan, justru kala salju berhenti turun, suhu juga turun drastis. Ini kabar gembira untuk mereka yang senang bermandian salju :)

Saya tiba di stasiun Tilburg Universiteit setelah hampir terbanting beberapa kali karena menghindari salju hitam yang seperti kotoran anjing. Begitulah, hewan-hewan peliharaan yang biasanya tahu adab menjadi sangat pemalas kalau jalanan sedang berlapis es. Kereta menuju Tilburg Centraal sudah tiba dan saya segera duduk di satu kompartemen bebas penumpang. Kereta-kereta ke Eindhoven, Venlo, Nijmegen dan kota lain di arah yang sama selalu sepi penumpang. Sebaliknya kereta jalur Utrecht, Amsterdam, Den Haag dan kota lain searahnya selalu ramai. Jadwal kereta kala musim dingin selalu berantakan, hal ini dipicu oleh banyak hal, misalnya es tebal di permukaan rel yang perlu dibersihkan sehingga jalur kereta harus dialihkan, atau -yang paling mengerikan- ada yang kena seasonal depression dan memutuskan lompat dihantam kereta. Demikian pula dengan jadwal kereta saya hari itu, banyak kereta yang dicancel sehingga membuat jadwal jadi tidak efisien. Awalnya saya hanya harus ganti kereta satu kali malah harus ganti kereta dua kali.

Ganti kereta pertama di Tilburg Centraal bukanlah masalah besar karena waktu menunggunya tidak lama, yang tiba adalah kereta menuju Den Bosch. Di Den Bosch itulah masalah yang tak pernah terjadi sebelumnya menimpa saya.

Setelah bimbang apakah kereta yang saya tumpangi akan menepi di Nijmegen atau tidak, akhirnya saya keluar di stasiun Den Bosch untuk memahami situasi terlebih dahulu. Stasiun Den Bosch kebetulan adalah salah satu stasiun besar sehingga hampir semua jalur kereta ada di sini. Saya keluar ke peron dan berjalan ke televisi yang menayangkan jadwal kereta terbaru. Ternyata saudara-saudara, jadwal kereta ke Nijmegen hanya ada sekitar empat puluh menit kemudian.

Saya mencari bangku tunggu dan duduk di sana, tetapi udara betul-betul dingin menusuk dan ini tidak membolehkan seseorang untuk tetap dalam satu posisi. Saya berjalan mondar-mandir di peron, melompat-lompat pendek sambil mengamati angin dingin yang menyambar-nyambar terpal konstruksi di atas sebuah bangunan, menimbulkan bunyi yang merisaukan. Saya melihat ke eskalator stasiun menuju bangunan tertutup di mana terdapat beberapa toko seperti toko bunga, mini market, kedai kopi, kedai kebab dan lain-lain. Saya berniat ingin ke sana tapi takut ketinggalan kereta karena kereta selanjutnya akan tiba empat puluh menit lagi, saya akan membuat percuma 80 menit hidup saya kalau saya gegabah mengambil keputusan. Akhirnya saya tetap di peron, berjalan mondar mandir dengan menggigil, sampai perlahan rasa sakit aneh yang menusuk merambati jari kaki saya dalam bot. Bot saya itu bagian dalamnya berbulu dan bagian luarnya anti angin dan air, tetapi ini pastilah cuaca yang ekstrim, karena bot itu telah gagal melindungi saya dari dingin. Rasa dingin menusuk itu makin lama makin membuat perih. Mula-mula kaki, lalu jari-jari tangan saya, lalu telinga. Saya terus menerus bergerak, tetapi itu tidak meredakan rasa sakit yang saya derita. Saya duduk meringkuk di atas bangku, beberapa orang Eropa tampak terbiasa dengan suhu ekstrim ini, mereka masih teguh berdiri di balik garis kuning tepi peron. Tetapi saya sudah menyerah, sungguh saya tidak pernah merasa lebih tersiksa lagi dari ini di musim dingin. Waktu tiba kereta sudah dekat, jadi saya memaksa diri saya bertahan lebih lama.

Rasanya sebentar lagi saya akan mati membeku.

Kemudian kereta arah Nijmegen itu tiba, dengan sisa-sisa tenaga yang tersisa, saya berjalan ke gerbong kereta. Di dalam sana, udara hangat menyeruak dari heater-heater kereta.

Dan itulah yang selama ini mereka sebut-sebut sebagai Frostbite.