Sunday, October 23, 2022

Mangga dan Alpukat

Mangga sedang musimnya, biasanya beliau akan banyak tersenyum pada bulan-bulan ini.

Hari ini aku datang menemui beliau, membawakan alpukat yang beliau sukai, sembari mengolah alpukat itu, beliau mengupaskan mangga untukku.

Bercerita tentang kelelawar, dan atap ketiban mangga.

Aku icip mangga yang ibu beliau tanam. Rasanya seperti dulu, dan hampir saja aku lupa.

Alpukat yang kubawa malah rasanya tidak seperti kemarin, yang ini pahit dan sepat.

Tetapi beliau tidak membuangnya, beliau tuang lebih banyak pemanis di atasnya.

Mungkin mangga itu seperti perasaan beliau terhadapku yang tidak pernah berubah, hanya saja aku seperti alpukat, terlalu banyak berubah: sekali waktu baik, sekali waktu pahit, dan beliau coba memperbaiki itu -bersangka baik terhadapku yang terlalu sering berburuk sangka.

Astaghfirullah al Adziim, robbighfirlahumaa.

Monday, September 19, 2022

Sebuah penyakit

Terkadang kita memiliki penyakit, yang penyakit itu bukan untuk disembuhkan, namun untuk dilupakan.

Melupakan akan membuat kita merasa lebih baik, dan semoga saja lebih sehat.

Penyakit yang datang dari runtuhnya penopang yang kita sangka adalah penopang. Sebenarnya kita tidak benar-benar sakit, melainkan kita menyangka bahwa kita sedang sakit.

Sebaiknya, lupakanlah saja. 

Seperti kata penopang dulu "kamu masih punya Allah." 

Dan beliau benar. Seratus persen benar. Kata itu bahkan beliau ucapkan karena tidak lama lagi sang penopang akan meninggalkanmu sendiri, di mana kamu hanya teringat kata-kata beliau masa itu.

Lupakanlah
dan ingatlah
Masih ada Allah

Sunday, September 4, 2022

Menuai

Jordan Peterson berkata bahwa anak adalah pembalas budi yang paling baik. Jika seumur hidupnya ia mendapatkan kasih sayang dan dukungan, itu pulalah yang pasti ia akan kembalikan kepada orangtuanya. Karena itu legenda Malin Kundang tidak relevan.

Saya tidak berkata ini dari sudutpandang transaksi, melainkan transformasi. Bayangkan betapa besarnya kekuatan orangtua yang atas izin Allah melahirkan anak ke dunia, membesarkannya dan menanamkan padanya nilai-nilai kehidupan. Seingat saya, begitulah orangtua saya membesarkan saya.

Catatan pendek ini menjadi pengingat bagi diri saya sendiri untuk membanjiri, melimpahruahi anak-anak dengan kasih sayang dan dukungan. Tidak lupa pengarahan, karena terkadang anak-anak tidak tahu mengenai apa yang ia butuhkan dan tidak.

Di masa depan, saat kita ringkih dan membutuhkan dukungan emosional dari anak, serta yang terutama doa mereka, kita akan menuai itu semua insyaAllah.

Mustahil ada orangtua yang menolak kasih sayang anaknya di masa tuanya, merasa bahwa mereka tak membutuhkan anak-anaknya -yang telah ia besarkan bersusahsusah (semoga.).

Tuesday, August 30, 2022

Hustling for Barakah

Kita memulai sesuatu dengan hal yang mudah terlebih dahulu, agar bisa kita jalani dengan kepala dingin, alih-alih kepanikan, kesembronoan yang membawa malapetaka.

Hidup kita sejauh ini berkebalikan dengan hukum itu. Perjuangan katanya. Yang benar saja.

Kita berlari terlalu kencang di awal, melupakan menghirup udara, menikmati panorama, dan menyapa tetangga.

Kemudian menjadi semacam pembenaran, ketergesa-gesaan itu. Bahwa semua orang sudah jauh di hadapan, kita mungkin akan tidak kebagian.

Kebagian apa, itu juga pertanyaannya.

Berapa banyak nafas kita engah, mata kita iritasi, dan senyum terlewati, demi mengejar sesuatu yang kita juga tak tahu pasti.

Keberkahan konsep yang asing, rupanya kita telah salah mengira. Keberkahan yang sebagian besarnya tak membutuhkan balapan.

Mari bersama, jalan perlahan, mungkin sesuatu menunggu di persimpangan.


Thursday, August 25, 2022

Apa yang konservatif pikirkan tentang cinta

Dalam sebuah fragmen kecil di buku saya, saya menjelaskan tentang konservatisme, dan di waktu yang sama linimasa youtube saya sering menampilkan Matt Walsh, Jordan Peterson, dan Candace Owen. Kebetulan? Menurut saya algoritma.

Dengan melihat gerutuan para konservatif di Amerika, ternyata saya baru tahu bahwa saya konservatif juga. Konservatif di manapun sama saja: ingin mempertahankan pranata sosial yang ada, sesimpel karena pranata tersebut terbukti menjaga stabilitas, khususnya stabilitas keluarga dan sosial secara umum. Konservatisme Islam sumbernya jelas, aturan agama yang ditetapkan oleh dimensi yang lebih unggul, melampaui ruang dan waktu, sehingga kita tahu, bahwa dimensi tersebut tentu MAHA TAHU. Aturan tersebut adalah yang terbaik, dan kita akan mempertahankannya.

Konservatif di Amerika sumbernya dogma dalam injil. Rupanya mereka juga tidak menyukai hal-hal progresif yang menyesatkan dan menghancurkan pranata sosial mereka, termasuk liberalisme dan feminisme. Kendati demikian, saya tidak setuju beberapa poin tentang iklim yang dikatakan Peterson.

Baru saja, saya melihat Matt Walsh mengomentari lagu pop tentang surat izin mengemudi yang intinya adalah kekecewaan anak gadis pada pacarnya yang meninggalkannya seminggu sebelum ia mendapatkan SIM, sekarang ia mengemudi di lingkungan mantannya sembari tersedu sedan.

Melihat itu Matt Walsh merasa prihatin dan merasa harus mempertimbangkan ulang wanita diizinkan mengemudi karena pasti bakal banyak orang dilindas rata oleh pengemudi wanita yang mengemudi tanpa tujuan sambil menangis. Ia menasihati gadis itu tentang lirik lagunya yang berbunyi "bagaimana mungkin aku bisa cinta orang lain" dengan "percayalah kamu bisa, bahkan 45 detik lagi kamu sudah lupa pacarmu itu." Gadis itu harus paham bedanya cinta dan perasaan sementara yang bersambut dan membuatnya berdebar-debar tidak keruan.

Mengutip Thomas Aquinas, cinta adalah "the choice to will the good of the other." Di mana dalam Islam seseorang dikatakan beriman dalam kondisi ia mau berkorban: "tidak beriman kalian sehingga kalian mencintai sesuatu bagi saudara kalian sebagaimana kalian mencintai hal tersebut untuk diri kalian sendiri."

Cinta selalu melibatkan pengorbanan, kita juga baru merasakan iman di hati kita ketika kita ingin hal baik yang sama pada diri kita terjadi pada orang lain --yang kita sayangi.

Dalam rumah tangga, kita mencintai pasangan kita saat kita menginginkan mereka beristirahat sebagaimana kita beristirahat. Masa-masa kita menggendong bayi di tengah malam, dan pasangan kita berkata "sekarang giliran saya, kamu tidur dulu." itulah cinta, dan seperti bunyi hadits besar peluang perkataan tersebut mengandung keimanan di dalamnya. Dan di masa depan, saat apa yang kita inginkan berbeda dengan orang lain yang kita sayangi, kalimat itu berganti menjadi "Saya sekolah di Indonesia saja, ayo kita fokus di pengembangan usahamu." atau "Kamu harus kejar cita-citamu, saya siap dukung kamu." 

Kalimat disertai tindakan seirama, yang membuat jantungmu bukannya berdegup kencang tidak terkendali, namun lebih teratur, lebih lambat, sehingga rasanya kamu bisa hidup lebih lama --mengutip My Liberation Notes. Kalimat yang membuatmu bakal lupa, atau merasa betapa memalukannya dulu kamu menyetir dibutakan air mata, sampai kamu harap bisa amnesia seletif pada co-dependence feeling yang kamu alami dulu.

Sepertinya ini bukan hal yang baru, ya?  Seperti judul tulisan ini saya cuma mengulang persis pendapat konservatif tentang apa itu cinta, karena industri telah menjadikan cinta menjadi hal yang rumit padahal sederhana -tapi sulit.

Persis bagaimana para liberal mulai membungkus cinta dengan warna-warni pelangi, yang sejujurnya hanya nafsu belaka dan akronim-akronim yang tidak masuk akal. Sepertinya rumit, tetapi sangat ephemeral kalau kata Letto, seperti salju yang leleh saat terkena hangatnya telapak tangan. Kalau dulu orang akan bergerak maju dan melupakan konyolnya dirinya di masa lalu, sekarang orang harus merayakan betapa konyolnya dirinya bahkan orang lain harus mengafirmasi dan mengakui perasaan itu, bahkan kalaupun perasaan itu akan meninggalkan jejak medis pada dirinya.

Sekali lagi, itu bukan cinta. Itu co-dependence ephemeral feeling yang bersifat egosentris yang seluruhnya berbasis emosi.

Mencintai orang berarti memutuskan akan memberikan segalanya pada orang itu, dan keputusan itu bukan tentatif, melainkan berdasarkan pemikiran logis yang bersifat jangka panjang. Orang yang logis akan mengetahui bahwa baik bagi dirinya mengeluarkan energi positif dengan terus memberi hal-hal yang ia rasa baik bagi dirinya kepada orang yang ia sayangi. 

Dengan demikian, ia mencintai. Dengan demikian, ia berbahagia dengan perasaan cintanya. 

Jadi mungkin Anda bisa percaya, atau tidak percaya tentang apa yang saya katakan. Kalau kata Matt Walsh, kita boleh memberikan nasihat hubungan dengan sejumlah syarat:

#1 Apakah kita sudah menikah? Ya, saya sudah menikah.
#2 Berapa lama pernikahan tersebut sudah berjalan? 2014-2022= 8 tahun lebih.
#3 Berapa jumlah anak Anda? Tiga.

Saturday, August 20, 2022

Buku tentang saya

Jika melihat kembali isi blog ini, sejak tahun 2008 atau tahun 2009, mungkin orang akan menyangka kalau suatu saat saya menulis buku maka buku itu adalah buku novel. Fiksi.

Tetapi di tahun 2022, buku itu telah terbit. Dan saya tahu sejak saya adalah anak Pak Yusuf, lalu menikah dengan Pak Ihsan, buku itu bukan buku fiksi, buku itu tentang diri saya.

Apa judulnya? Komunikasi Politik: Seni dan Teori.

Baru saja siang tadi, saya mengajar salah satu kelas sunyi semester antara menggunakan buku itu, dan betapa anehnya, buku itu merangkum semua pembicaraan saya bersama satu dari dua lelaki.

Paling tidak 95%nya.

Dua lelaki itu telah membentuk pemikiran saya sedemikian rupa, sehingga saya amat peduli mengenai bagaimana negara ini dijalankan, bagaimana masyarakat harus berpartisipasi, bagaimana meredefinisi bebeberapa penyematan yang berjalan di tempat.

Hal-hal yang sangat mengganggu, menyebalkan, dan sangat menjengkelkan sampai saya harus menulisnya. 

Jadi buku pertama saya, pada prinsipnya, adalah buku yang memuat diri saya, kepedulian, dan kemarahan --dan menjadi bahan kuliah mahasiswa. Dengan demikian, saya harus melatih keahlian komedi di depan kelas, sehingga mahasiswa tidak merasa dimarahi sepanjang waktu saat saya menjelaskan bab demi bab buku itu.

Thursday, July 14, 2022

Mendalam

Berikut pertanyaan Gena dan Ara yang mereka tanyakan saat saya sedang tidak siap, sudah berasa ujian lisan mendadak. Akan saya update seiring waktu.

1. G: Bumi itu bulat, tapi kenapa jalanan rata? Kalau melengkung kenapa kita tidak jatuh?
2. A: Apakah planet lain punya inti seperti Bumi? Kalau punya kenapa tidak ada gravitasi di angkasa? (karena inti Bumi yang dia tahu seperti magnet yang menarik manusia dan semua benda ke tanah).
3. A: Kenapa bulan bisa tidak kelihatan kadang-kadang? Apakah hanya tidak kelihatan di sini, tapi di tempat lain tetap kelihatan?
4. G: Untuk apa Allah ciptakan nyamuk?
5. G: Untuk apa Allah ciptakan beruang?
6. G: Kenapa Allah hanya ada di Indonesia? Kenapa tidak ada di Inggris? (maksudnya kenapa muslim hanya ada di Indonesia, orang barat tidak menyembah Allah)
7. A: Kucing dibuat Allah dari apa? (setelah bahas tentang manusia dari tanah, malaikat dari cahaya dsb)
8. G: Allah itu boy atau girl? 
9. G: Kenapa Allah ciptakan dinosaurus? (konteks: dini sudah dipunahkan oleh Allah juga, trs kenapa harus diciptakan?)
10. G: Kenapa kita harus pipis?
11. A: Kenapa saat ada cahaya, kita punya bayangan?
12. G: Dari mana itu oksigen?
13. G: Kenapa mata orang di Indonesia berwarna hitam?
14. G: Kenapa manusia menjadi tua?
15. A: Kenapa laki-laki tidak cover kepalanya?
16. A: Apakah hantu itu ada?

Tuesday, May 17, 2022

Sakit dan Sehat

Setiap kali saudari saya mengirim pesan tentang Ummi yang mendadak demam, sepertinya jantung saya berdebar dua kali lebih cepat, tubuh saya terasa dingin, dan saya juga cepat atau lambat akan ikut demam juga.

Mungkin karena tinggal tidak serumah, dan merasa belum banyak berbakti dan lebih sering menyusahkan, terasa begitu takut kehilangan Ummi dan Aba. Seperti ingin meminta waktu sebentar lagi, tunggulah ananda membuatmu terseyum lega.

Akan tetapi, saya menyadari satu hal pada setiap perenungan kala orangtua saya jatuh sakit. Atau lebih tepat setelah keduanya pulih, karena selama mereka sakit saya lebih banyak nelangsa. Bahwa kehidupan ini sangat fana, akan berlalu begitu saja. Sebelum kita sadari yang kita butuhkan hanyalah doa anak-anak kita untuk menerangi petak gelap kubur kita.

Saya perlu menjadi lebih sehat dari orangtua saya. Agar saya punya waktu untuk mendoakan keduanya.

Saya perlu menjadi lebih sehat dari orangtua saya. Agar saya dapat mendidik anak saya untuk ingat mendoakan saya.

Semoga kita hidup secukupnya, dalam usia berkah, tanpa perlu bernegosiasi dengan dajjal.

Friday, February 11, 2022

Anak berhak atas ibu yang 'cantik'

Saya teringat sebuah quote dari Dena Haura, istri Hawariyyun mengenai hak anak atas ibunya, salah satunya adalah ibu yang 'cantik', definisi operasional dari ibu cantik di sini adalah ibu yang pandai merawat diri.

Kenapa tekanannya ke hak anak? Bukan hak suami?

***

Saya selalu melihat ummi saya adalah wanita yang sangat cantik, wajahnya selalu bersinar, lebih bersinar dari kami anak-anak putrinya bahkan di usianya yang jelang 60 tahun.

Sejak jerawat pertama saya muncul, mungkin saat saya berusia tiga belas tahun, Ummi segera datang dan memberikan saya sabun cuci muka yang selalu ia gunakan: biore anti acne. Saya gunakan pencuci muka itu sampai usia saya dua puluh dua tahun, saya bawa ke Belanda saat saya S2 namun ternyata  pencuci mukadaerah tropis berbeda dengan di daerah empat musim. Lalu saat saya kembali ke Indonesia, pencuci muka itu menjadi sulit ditemukan, entah kenapa.

Meski Ummi saya wanita yang cantik, beliau tidak bersolek. Wajahnya bersinar alami tanpa riasan wajah, hanya lapisan tipis bedak herocyn, yang ternyata mengandung salicilic acid yang membantu mencegah jerawat dan mengecilkan pori-pori.

Saya meneladani Ummi dalam pendapatnya soal make up, semua orang yang hadir pada pernikahan saya tahu pasti bahwa bahkan di hari pernikahan, saya menolak menampilkan wajah yang bukan wajah saya. Menurut saya sih, wajah yang diwarnai sedemikian rupa,  sudah tidak menyerupai lagi aslinya, dan wajah yang ingin saya perlihatkan pada suami, adalah wajah asli saya.

Bukan bersolek yang utama, tetapi bagaimana merawat diri. Bagaimana menjaga kulit tetap sehat. Trend skincare yang ada saat ini di mata saya adalah sebuah trend yang bagus bagi perempuan yang benar-benar ingin memiliki kulit yang sehat. Kulit yang sehat sudah pasti terlihat cantik, sebaliknya wajah yang cantik karena riasan, belum tentu sehat.

Perawatan diri pada seorang muslimah mengandung sejumlah dimensi: 
1) amanah dalam menjaga pemberian Allah; kulit juga merupakan pemberian Allah yang sepatutnya dijaga, sebagaimana kita menjaga kesehatan sistem dalam tubuh kita, kita juga harus memahami bahwa kita juga harus secara komprehensif memahami nikmat kesehatan tersebut.

2) menyenangkan hati suami; di mana muslimah menyadari sepenuhnya bahwa ia akan beroleh pahala saat ia tampil dengan baik dan sehat di hadapan suaminya, sehingga ia menjaga kesehatannya bukan hanya untuk urusan dunia, namun mengingat ganjaran yang sepadan di akhirat.

3) menampilkan citra kebersihan dan kesehatan sebagai muslim kepada selain muslim; sebagai agen-agen dakwah, muslim harus hadir dalam paket utuh di hadapan dunia. Perkataan, perbuatan, hingga penampilan harus dapat konsisten dalam kebaikan, barulah pendengar dari berbagai latar belakang, dapat mendengarkan. 
***

Saya melihat perawatan diri sebagai sebuah proses, sama halnya dengan memakan makanan yang sehat. Kita hanya akan tetap sehat jika kita terus memberi input yang bergizi bagi tubuh kita. 

Dan itu dapat saya pahami serta aplikasikan dalam hidup saya, karena saya memiliki seorang ibu yang 'cantik'. Alhamdulillah.