Sampai bulan kemarin, aku masih tidak tahu bahwa ada gunung besar yang kamu pikul sendirian.
Kamu berkata semua baik. Aku percaya.
Sampai sebuah batu besar dari gunung di punggungmu menggelinding jatuh, bergemuruh bunyinya tidak terhindarkan lagi.
Melukaiku. Separuh.
Lalu saat itulah tirai yang menutup mataku terbuka.
Aku tidak tahu bagaimana mengatur air wajah saat ini demi melihat semua beban itu.
Aku cuma bisa berpikir, mungkin Allah yang terkasih merindukan doa-doa kita.
No comments:
Post a Comment