Keping Dua: Temantaman Bermain
Hidup kanak-kanak selalu mengenai teman dan taman bermain. Begitu juga aku.
Di lingkungan aku hidup, aku punya teman di semua penjuru mata angin.
Di selatan, aku bisa melihat rumah temanku, si anak dokter, namanya Afifah Hadju. Dia kurus dan berwajah tipikal anak-anak dalam film Little Rascall. Agaknya karena ia dilahirkan di negara film itu dibuat.
Darinya aku tahu tentang dunia selain dunia tempatku berpijak. Ummi bilang, dia dulunya tahu bahasa dunia itu, tapi dia terlalu cepat beradaptasi sejak pindah ke Indonesia.
Taman bermainku dengannya adalah di belakang rumahku. Dia sering membawa buku bersampul keras. Bahasa buku itu asing, serupa bahasa Bugs Bunny. Ceritanya tentang lumba-lumba merah muda yang mengadakan pesta kejutan untuk seekor kura-kura.
Di pinggiran rel Pasar Cina, Depok, ajaibnya aku menemukan terjemahan buku itu. Dan ingatanku akan terbang bersama si anak dokter. Dia dan buku-buku bagusnya.
Di utara, aku sering pergi mengakhiri sore. Ada temanku si anak penjahit pakaian, namanya Nurhidayah Abduh. Aku memanggil dia Yaya. Dia berambut ikal dan selalu mengenakan pakaian-pakaian indah buatan ayah atau ibunya.
Si anak penjahit adalah anak perempuan yang cantik. Suaranya merdu, dia senang menyanyikan intro film kartun. Beberapa anak lelaki bersepeda dari distrik yang berbeda, hanya untuk melempari dia. Di masa itu, anak lelaki yang mau bersusah-susah melempari anak perempuan, adalah tanda rasa suka mereka.
Aku dan dia biasa duduk-duduk saja di atas rumput, di antara rumah kami. Dia mengutarakan pendapatnya tentang episode Sailormoon tadi. Lalu dia akan bersenandung:
"Ini keajaiban alam,
aku mempercayainya."
Aku lebih memilih dia yang menyanyikan lagu film kartun. Selama bertahun-tahun berikutnya, aku selalu tidur dengan mendengar sayup-sayup senandungnya.
Di timur, ada temanku yang baik hati, si anak guru. Namanya Rifa’atul Mahmudah Baharuddin. Singkatnya Rifa. Dia hitam manis dan sangat ramah. Dia membuat sendiri mainan-mainannya, dan dia senang berjalan jauh.
Pada Jumat pagi, aku, dia dan yang lain akan berjalan jauh. Sampai melewati lapangan bola, menyusuri pematang sawah.
Dia pernah melihat sumur kecil, membuat asumsi tentang betapa dalamnya sumur itu. Di sana mungkin ada jalan menuju palung laut, di mana sekumpulan makhluk aneh menetap.
Kami akan berhenti di gubuk kecil petani, menghabiskan bekal yang kami bawa. Dia menunjuk pegunungan biru di kejauhan, lalu berkata di sana ada kawanan perampok yang gemar mencuri radio. Dia selalu mengingatkanku tentang petualangan. Dan kadang aku berharap bisa berjalan lebih jauh lagi dengannya. Tahukah, hingga hari ini, dia selalu duduk di sampingku, dalam kendaraanku. Kami nanti akan tersesat bersama lagi.
Di barat, aku bisa melihat rumah temanku yang satu lagi. Rumah di tengah kebun jambu. Dia adalah anak pemilik kebun jambu. Namanya Raodatul Jannah Maksum, panggil saja dia Oda.
Rambutnya selalu dikepang dua, dia jangkung karena senang melompat, bergelantungan, dan berlari. Dia paling jarang mengenakan sandal. Kecuali ke sekolah, dan lebaran, dia sama sekali tak butuh alas kaki.
Di sekolah, dia selalu jadi jagoan kasti. Dia juga senang main bola bekel.
Aku selalu menemuinya pada Ahad siang, saat Ummi libur jadi aku boleh keluar. Kami akan memanjat pohon jambu air. Dan dia akan mengambilkan buah yang kutunjuk. Karena aku tak bisa memanjat lebih tinggi dari cabang pertama.
Dia selalu membuatku iri dengan aktivitasnya, kebanyakan melambangkan kebebasan yang utuh. Termasuk memanjat sampai ke pucuk pohon jambu air, lalu melihat warna atap rumah orang.
Kawan, sekarang dia tak maksulin seperti dulu. Pangerannya tentu tak akan suka itu.
Aku ingat hari-hariku yang penuh mereka. Seperti menemukan kepingan-kepingan puzzle masakecil dalam kotak tuaku. Mereka adalah beberapa keping itu.
Kala hujan, aku harap anak dokter akan ke rumahku, dan kami membaca buku-bukunya yang lain. Menjelang petang, sebelum ke masjid jami, aku harap bisa mengobrol sebentar tentang film kartun tadi sore dengan si anak penjahit. Saat Jumat cerah, aku ingin berjalan sejauh mungkin dari rumah bersama anak guru. Pada Ahad siang, aku ingin berada di atas pohon jambu air bersama si anak pemilik kebun jambu.
No comments:
Post a Comment