Sunday, December 11, 2011

Menara Jam

Kuceritakan teman-temanku dulu tentang mimpi dalam tidurku, mimpi yang ajaib sekali. Saat itu entah usiaku delapan-sembilan tahun atau lebih muda, dan aku bermimpi berkuliah di sebuah tempat yang ada menara jam-nya. Gerangan dari mana, sebuah menara jam terkonstruksi dalam pikiran anak ingusan yang tinggal bersisian sawah sepertiku?
Lalu mereka berpikir keras... mencari di manakah letak menara jam besar? Itu London! Tukas mereka suatu hari: Itu London! London punya Big Ben, sebuah menara jam besar yang dentangnya terdengar ke seluruh kota. Setidaknya itu yang diberitakan saat Lady Diana meninggal dunia, dan serba-serbi Inggris jadi ramai diberitakan.
Kemudian mereka mencibir: tak mungkin kamu ke London... tempat itu jauh sekali. Naik pesawat saja kamu belum pernah! Jangan mimpi!
Kini, sepuluh tahun atau lebih lama sejak hari aku dicibir, saat aku semakin dewasa dalam "tidak mungkin-tidak mungkin" yang ada, kudapati mimpi menjadi nyata. Tiap hari aku lewat di bawah menara jam sebuah universitas di Amerika. Seperti menara itu telah keluar dari mimpiku, dan terpancang di sana, mendentangkan musik yang indah setiap jam.
Kawanku... pernahkah kamu berniat merobohkan pagar-pagar yang kamu ciptakan sendiri dalam pikiranmu, bahwa mungkin saja mimpi itu adalah gambaran masa depan yang dibocorkan Allah dalam tidur kita? Bahwa mungkin saja dengan mimpi itu, kita akan semakin giat dalam berusaha dan berdoa? Maka, berprisangka baiklah pada Allah, berprisangka baiklah pada dirimu, berprisangka baiklah pada semua manusia. Yang baik hanya akan menarik kebaikan, itu adalah hukum alam yang diciptakan Allah untuk kita.

-masih satu menara
mungkin tiga, atau tiga belas lagi.
sebelum kukabarkan pada dunia
berita yang merindingkan mereka
tentang mimpi
dan bagaimana ia melompat keluar dari diri.

PS: Demi dia yang tahu bahwa kelak umatnya tak akan merasa cukup atas ilmu di ruang dan waktu tertentu, lalu ia bersabda: Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina. Kemudian menuntut ilmu ke manapun itu menjadi demikian ringannya, karena ia yang menyunnahkannya.

No comments: