Monday, November 5, 2012

I'm sorry I'm popular

Trotoar kampus Universiteit van Tilburg mulai temaram. Semuram pepohonan yang ditinggal pergi dedaunan. Semua kemuraman ini adalah dalam rangka menyambut datangnya musim dingin.

"Ini mungkin 8 derajat," kataku suatu waktu, pada Dita yang nafasnya terkondensasi di udara. Mengeluh tentang betapa dinginnya saat itu.
"Ah, tidak mungkin, ini pasti sudah minus!" ringisnya.

Mungkin bagi kamu yang sedang membaca tulisan ini di Indonesia berpikir bahwa 8 derajat celcius pastilah sangat dingin, tapi sungguh, aku berkata begitu karena aku merasa hari itu sedikit lebih hangat daripada hari-hari lainnya. Bahkan lebih hangat dari musim panas beberapa minggu yang lalu.

Kamu tahu kenapa? Karena aku berjalan bersama seorang teman.
*
Mungkin ini merupakan jawaban Allah saat dulu aku sempat bermuram durja (halah bahasanya=,=') karena tak memiliki teman di kota ini. Masa-masa itu sungguh masa yang asing. Sepertinya aku sangat terpisah dengan kehidupanku yang dulu, waktu aku dekat dengan keluarga dan sahabat. Aku tidak bisa menggambarkan kehampaan yang aku rasakan, tetapi saat itulah suara Aba hadir di dalam kepalaku:
"Ada Allah."

Benar bahwa ketika kita merasa cukup dengan ridha Allah saja, ridha ciptaanNya pun menghampiri kita satu demi satu. Semua hanya masalah waktu -seperti kata Indah nun dari bumi Minasa Upa. Tapi bagaimanakah jika kita hanya mengejar ridha makhluk? Kita kehilangan dua-duanya.
***
"How to say 'how are you?' in Indonesian?" tanya Patricia.
"Apa kabar?"
"Apa kebar?" ulangnya.
"It's 'kabar', 'apa kabar'?"
"And 'thank you'?" tanya Mariana.
"Terima kasih."
"Ok, terimakasih."
"Hey, that's my Indonesian friends, you can try to greet them!" aku menunjuk dua orang Indonesia yang bersepeda ke arah kami.
"Oh, ok, hey trimakaseh!!!"
Anggi dan seorang mahasiswa bachelor yang aku lupa namanya, terkejut mendengar 'terimakasih' dari seorang gadis berambut pirang.
Dan kami tertawa sepanjang jalan utama kampus hingga di depan perpustakaan.
***
Beberapa orang juga mulai menyapaku tiba-tiba saat aku berada di sebuah bangunan kampus, atau di perpustakaan, atau di kantin. Teman-teman Indonesia, teman dari kursus bahasa Arab di masjid, teman-teman volunteer pool, teman yang sering bertemu di 'mushola' kampus: Zwijsen Building, teman-teman dari kursus bahasa Belanda di Diederikdreef.

Patricia akhirnya tiba pada kesimpulan: "You are very popular!"

Popular dibahasa-Indonesiakan berarti: terkenal. Apakah terkenal berarti disapa satu orang (yang tentunya mengenal kita) secara acak dalam sehari? Kalau memang itu definisi terkenal, maka segala puji hanya bagi Allah yang tidak pernah meninggalkan hambaNya.
***
Tetapi sejauh apapun aku pergi, yang kuingat adalah mereka. Tentunya bukan karena mereka selalu nangkring di latar search engineku, di manapun dan kapanpun. Besar kemungkinan karena... jika hidup adalah garis, aku sudah tiba di titik di mana aku akan lebih sering mengingat masa lalu. Karena aku sedang menjalani masa depan yang pernah kucita-citakan. Dan saat mengingat masa lalu, kita selalu rindu:

No comments: