Monday, October 12, 2009

Krisis Listrik Makassar

Krisis listrik yang belakangan ini dialami Makassar, tak ayal menuai protes dari berbagai elemen masyarakat. Semua pihak merasa dirugikan atas pemadaman bergilir ini, apalagi sejak frekuensinya semakin bertambah, dua hingga tiga kali sehari.

PLN Sulawesi Selatan , Barat, dan Tenggara (Sultanbatara) harus menerima berbagai kontra. Betapa tidak, pemadaman bergilir terjadi setiap tahun, sehingga PLN Sultanbatara terkesan tidak siap dan tidak serius menanggulangi krisis listrik ini. General Manager PT PLN Wilayah Sultanbatara, Haryanto WS, bahkan didesak turun dari jabatannya setelah disinyalir diskriminatif dalam pemasokan listrik, cenderung mengutamakan pengusaha daripada warga kota Makassar sendiri. Tudingan ini tentu berhubungan dengan kehadiran Trans Studio Makassar.

Dari persepsi awam, pemadaman listrik memang mulai berlangsung sejak Trans Studio beroperasi. Sarana hiburan indoor seluas 24 hektar itu dipastikan menyedot sekian banyak megawatt dari pasokan listrik kota Makassar.

Namun nyatanya, penyebab krisis listrik ini tidak ada kaitannya dengan Trans Studio. Deputi Manajer Komunikasi PLN Wilayah Sultanbatara, Muhammad Yamin Loleh, mengemukakan bahwa Trans Studio menyerap jasa 3 magawatt dari PLN, dari permintaannya sebesar 12 megawatt.

Pada dasarnya, krisis listrik yang dialami daerah Sultanbatara adalah imbas dari kemarau berkepanjangan. Sejumlah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) mengalami penurunan pasokan yang sangat drastis, oleh karena defisit air di bawah batas normal. Sebutlah PLTA Bakaru di Kabupaten Pinrang yang mengalami penurunan daya menjadi 70 megawatt dari daya 129 megawatt. Demikian pula dengan PLTA Bili-Bili Kapubaten Gowa yang hanya mampu memberi porsi 2 megawatt dari total 20 megawatt. PLN hanya berharap musim penghujan segera tiba, sehingga volume air pembangkit listrik kembali normal.

Di samping itu, PLN kini berupaya menanggulangi krisis dengan menambah 70 megawatt dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tello. Nantinya, daya dari PLTU Tello ini akan ditambah lagi hingga 200 megawatt. Pembangkit listrik di poso akan menyumbang 100 megawatt, dan PLTG Sengkang sebesar 38 megawatt.

Langkah PT PLN ini memang tepat, karena dengan dalih musim kemarau, bisa dipastikan setiap tahun wilayah Sultanbatara akan mengalami krisis listrik. Ibaratnya, jatuh di lubang yang sama. Apalagi Makassar sedang berkembang menuju kota metropolitan, semakin banyak daya listrik dibutuhkan.

*dari berbagai sumber



No comments: