Thursday, April 5, 2012

Amessia Chapter 2

"I'm a mess!"
Adalah ungkapan, entah slang atau bukan, yang sering diucapkan native saat mereka merasa sedih, kecewa, dan bingung yang berlebihan. Pada hari-hari terakhir di Ames saat itu, saya sering jalan sendiri, ke kantor pos sendiri, ke Pammel Grocery sendiri, ke perpus sendiri, ke kampus jalan kaki sendiri, naik CyRide tanpa arah sendirian. Lalu setiap dalam kesendirian itu, saya merasa "I'm a mess...," benar-benar amburadul. Saya ingin tetap tinggal di Ames sini, tapi saya juga ingin bertemu keluarga segera, dan juga denganmu sahabat....
Seandainya kita semua bisa memenuhi Ames ini dengan orang-orang yang kita sayangi. Mungkin saat itu, kita sudah di surga.
*
4. Union Drive Community Center (UDCC)Kami pertama kali ke sini pada tanggal 1 Juni 2011, waktu itu musim semi Ames masih 'berdiri di ambang pintu', jadi suhu udara masih lumayan dingin buat kulit tropis Indonesia. Amerika menggunakan temperatur fahrenheit, pada saat itu suhu normal adalah 50-80 F atau kalau dikonversi ke celcius jadi 10-27 C. Rata-ratanya saja bisa bikin kita menggigil seharian. Ceritanya saja musim panas, tapi ini menurut Jesse sudah lumayan hangat, karena biasanya juga minus 10 F. Oh tidakkk!
UDCC terletak di bagian paling timur kampus, bangunan berlantai tiga dengan luas kurang lebih 25m persegi. Lantai satu ada market mahasiswa dan kantor pos khusus mahasiswa yang punya kotak pos. Lantai tiga adalah lantai khusus pegawai UDCC. Lantai dua-lah yang sering kami tongkrongi: sebuah kafetaria raksasa dengan hampir dua ratus kursi, meja beragam ukuran, dari yang buat berdua sampai berduapuluh, di tiap sudut dan sisi UDCC ada macam-macam kedai, mulai kedai khusus makanan deep-fried seperti kentang dan ayam goreng, kedai khusus makanan meksiko (tortilla, taco, dll), kedai khusus makanan rumah (kentang tumbuk, ikan panggang, dll), kedai khusus roti isi, kedai cake dan roti, kedai omelet, kedai khusus pasta, kedai khusus salad, kedai khusus pizza, meja-meja penuh buah, dan belasan mesin isi ulang minuman (cola, jus, lemonade, susu, kopi, teh, dan es krim). Semua makanan di sini adalah menu makan sepuasnya, kalo orang sana bilangnya buffet. Mahasiswa IELSP punya meal card untuk makan sebanyak 40x di UDCC, tapi tanpa meal card bayar $9-$15 sekali makan.
Saat pertama kali menginjakkan kaki di UDCC, kami menganga, maklum wong ndeso, benar-benar pengalaman pertama masuk di kafetaria begini megahnya. Belum lagi pas liat makanannya yang segede gambreng, maksud saya: semuanya serba XL. Donat saja sebesar piring yang ada di INA, gelas untuk minum sebesar botol aqua, kentang goreng sebesar pensil, dan pengunjung UDCC alias mahasiswa ISU juga sebesar Hagrid. Kami semua bagaikan goblin. hehehe
Mom Alyssa Xiong mengajari kami bahwa kami cukup ambil piring dan makan sebanyak kami mau lalu taruh piring kotornya ke dekat jendela mesin cuci piring. Wah itu sih gampang, Mom!

Dengan demikian, tiap hari Senin-Jumat kami mampir ke UDCC untuk makan siang. Sabtu dan Ahad kami libur kuliah, jadi biasa meal card nya tidak terpakai. Kalau saya datang ke UDCC, beginilah kebiasaan saya: bilang "Hi, how're you?"sama pegawai UDCC, ambil keranjang kecil untuk kentang goreng dan antri kentang goreng, ambil gelas dan mengisi air lime, pilih meja (seringnya duduk di meja berempat) dan meletakkan barang bawaan, jalan lagi ke kedai pizza, ambil piring dan pizza isi keju, ambil cake, ambil mangkuk dan isi sedikit salad, ambil satu buah, ke kursi yang tadi lagi untuk makan. Makan sambil ngobrol sama teman-teman, selesai makan, berdiri ke kedai es krim dan isi ulang air lime. Makan eskrim lagi di bangku bersama teman-teman. Menumpuk piring kotor, dan menyimpan semua piring kotor ke jendela mesin cuci piring. Lari ke kelas.
Sebenarnya makanan tidak boleh dibawa keluar UDCC, tapi biasanya kalau mau mengadakan pesta piknik dengan teman-teman native, kami dengan sangat terpaksa mengambil dua tandan pisang, puluhan buah apel, jeruk dan pir, serta roti-rotian. Muahahaha. Teman-teman juga sering membungkus ayam goreng untuk makan malam di apartemen. Saya sendiri tidak mau makan daging di UDCC, meragukan. Kecuali beli di Pammel Grocery, atau diundang muslim makan, barulah makan daging ayam :').

Kalau mau ke UDCC tidak perlu naik CyRide, cukup jalan saja di jalan setapak Iowa State University. Tapi kalau lagi malas, bolehlah nunggu CyRide di Kildee Hall, dan naik #3 Blue North apa #1 Red.

5. HyVee
Akhirnya tiba di HyVee. HyVee sebenarnya sama seperti Walmart tapi saya dan Dwi senang ke sini karena beberapa hal: hal pertama dan yang terpenting adalah kami mendengar dari Mbak Nio bahwa di HyVee jual tempe. Ya sahabat, kamu tidak salah baca: HyVee jual tempe!!!!
Tempe yang dijual di Amerika tentunya beda dengan yang dijual di Indonesia, kemasannya pake merek, harganya $3, dan potongannya sebesar buku diari TT... Tak apalah demi tempe. Apalagi saudari seapartemen saya adalah orang Jawa, dia tak bisa makan dua bulan tanpa tempe. Tiap seminggu biasanya dua kali kami ke HyVee untuk membeli tempe, minggu pertama kami datang, stoknya tidak ada, sampai pegawai HyVee bingung sebingung-bingungnya saat kami jelaskan apa itu tempe dan bahwa kami yakin sekali HyVee menyediakan itu. Dwi menemukan tempe saat dia jalan sendiri ke HyVee, dan sejak hari itulah kami kalo mau belanja ke HyVee terus.
Selain alasan tempe, kami senang ke HyVee karena berdekatan dengan toko-toko yang sering kami kunjungi seperti Asian Market, Goodwill, dan Pammel Grocery. Untuk semuanya akan saya ceritakan nanti yaa. Yang jelas keempat tempat ini berada di Lincoln Way, jadi lebih nyaman bagi kami daripada harus ke Walmart yang nun jauh berada di South Duff.
Alasan berikutnya adalah, di HyVee, saya dan Dwi menemukan khusus bagian sayurnya sangat menyegarkan dipandang mata. Kami senang sekali memilih sayuran paling segar dan paling murah, berdebat, mengambil lalu tukar lagi, sampai berjam-jam XD. Barulah kemudian beralih mengambil tahu, telur, dan mengisi air minum isi ulang kami di HyVee dengan harga lebih murah 50 sen dari beli galon baru. Sebenarnya di Amerika, air dari keran boleh diminum langsung, tapi rasanya asli aneh, jadi kami membeli air kemasan dengan harga 78 sen, isi ulang 28 sen. Untuk semua itu, kami biasa self check out dan hanya membayar $5 atau kurang.

Untuk ke HyVee di Lincoln Way naik CyRide #1 Red

6. Ames Public Library
Bu Evie, bunda Indonesia kami selama di sana, pernah mengancam Adam anaknya yang berusia 6 tahun: "Adam please BEHAVE! Otherwise, Mom won't take you to the library!!!" iya sahabat itu namanya diancam, kalau nakal tidak akan dibawa ke perpustakaan. Jadi, bagi Adam, ke perpustakaan adalah semacam reward/penghargaan yang harus dia dapatkan, buktinya begitu dengar Bundanya ngomong gitu langsung pura-pura nangis "I'm sorry, I'm sorry, I won't do that againnn... Please take me to the library, Mom, pleasee."
Jadi, penasaranlah saya, bagaimanakah rupa perpustakaan di Amerika sini yang membuat anak-anakpun begitu gemarnya ke perpustakaan? Saya baru bisa ke perpustakaan pada bulan ke-dua selama di sana, bulan pertama benar-benar tidak memungkinkan karena masih banyak hal yang harus disesuaikan.
Perpustakaan terletak di downtown, alias di pusat kota Ames, dekat City Hall Ames. Jadi boleh dibilang, kalau ke perpus, sekalian jalan-jalan di downtown Ames.
Saat saya dan Dwi ke perpustakaan, seperti biasa kami terpaku di depan dulu, subhanallah... perpustakaannya wangi, karpetnya tebal, rak buku berbaris-baris, rak-rak CD penuh film referensi dan pendidikan, sofa-sofa yang empuk untuk membaca dengan santai, beberapa meja dan kursi bagi mereka yang ingin membaca serius sambil mengerjakan tugas. Plus... ada area di mana segala sesuatu serba cebol: sofa cebol, rak buku cebol, meja komputer cebol... rupanya di sanalah anak-anak sedang membaca dengan asik. Kayaknya cocok juga buat saya. Hehehe
Sistem di perpustakaan Amerika tidak ribet, untuk memiliki kartu, cukup berikan bukti bahwa kita hidup di kota bersangkutan. Saya pernah memesan buku di toko buku Borders, dan mereka mengirimi saya surat pengantar lewat email. Saya cukup memperlihatkan itu pada petugas, dan petugas pun memberikan saya kartu perpustakaan. Alhamdulillah.
Setelah mendapat kartu ybs, segeralah saya mencari buku di rak, menemukan satu buku yang cukup menarik: American Islam by Paul M Barrett. Cara untuk meminjam buku ini, cukup ke salah satu komputer peminjaman, barcode kartu perpustakaan kita lalu barcode bukunya, setelah itu kita boleh meminjam buku sampai dua minggu. Kalau ingin dikembalikan, cukup masukkan ke kotak pengembalian di luar perpustakaan. Gampang, kan?
Di perpustakaan umum Amerika juga terdapat rak khusus buku gratis, di sini teman-teman dan saya sering mengambil buku-buku yang menarik untuk dijadikan oleh-oleh.

Untuk ke Ames Public Library naik CyRide #1A Red.
BERSAMBUNG (Sampai kapan ini ya?)

No comments: