Saturday, December 26, 2009

Peak Hours Part 1

Saat saya berpikir akan menulis catatan ini, saya jadi sedikit terkejut, benarkah sudah satu semester berlalu?

Absen-absen final yang panjangnya satu meteran itu menjawab: benar.

Ini semester yang benar-benar menyibukkan, gila! Rasanya masih kemarin saya keluar masuk studio Sun TV dalam rangka magang liburan, tau-tau saya sudah berakhir di sini, menulis catatan ini. Kesibukan memang membuat waktu terasa berjalan begitu cepat.

Semuanya dimulai dengan ambisi menuntaskan kredit sebanyak mungkin, saya selalu berharap bisa mengambil kredit tertinggi tiap tahun ajaran baru dimulai. Sejauh ini, tidak ada yang menyulitkan dari total 24 sks. Tetapi semester ini tentunya ceritanya berbeda.

Hppf; rupanya ini karena keputusan saya mengambil program studi jurnalistik. Semua orang tahu, jurnalistik idealnya adalah ilmu yang dialami, bukan hanya dipelajari melalui teori. Dan mata kuliah yang kaitannya dengan jurnalistik menuntut pesertanya untuk menyusun opini, berita, artikel, program berita televisi, film pendek, film dokumenter. Nah, menuliskan semua tugas-tugas itu saja, saya rasanya sudah lelah.

Pertama, mata kuliah Jurnalistik Media Cetak. Dosen untuk MK ini ada dua orang: Pak Hasrullah dan Pak Sudirman. Mereka bergantian mengisi mata kuliah, dan memberi tugas setiap minggu. Tugasnya seputar membuat artikel, opini, berita, wawancara dengan tokoh –saat itu saya kebagian wawancara sekda SulSel, dan setumpuk paper.

Kedua adalah Grafika dan Penerbitan. Dosen MK ini adalah Bang Soni dan Pak Gaffar. Mendengar judul mata kuliah saja sudah ketahuan, pesertanya akan berurusan dengan tulisan dan desain halaman. Bang Soni memberi tugas menulis biografi dan desain halaman, Pak Gaffar banyak berbicara tentang penyuntingan.

Ketiga Retorika dan Keprotokolan. Dosen MK ini harusnya dua: Pak Qahar dan Ustad Das’ad. Tapi maklum saja sama ustad satu ini, jam terbangnya kelewat tinggi. Jadilah Pak Qahar yang mengisi kuliah sepanjang semester, memberi tugas pidato untuk semua peserta kelas.

Keempat yaitu Sinematografi. Dosennya Pak Subhan dan Bang Soni. Inilah MK terberat versiku. Saya sebenarnya tau resiko mengambil mata kuliah ini, tetapi lelah-lelahan dalam mengerjakan tugas-tugasnya tidak bisa kudiamkan begitu saja. Paruh semester pertama, Pak Subhan memberi mid tak tertulis berupa pembuatan film cerita. Paruh semester kedua Bang Soni menugaskan kami membuat film dokumenter –untuk pembuatan film dokumenter, agaknya saya harus membuat tulisan lain.

Kelima, Jurnalistik Siaran. Dosennya Pak Aswar, Pak Mul, dan Bang Soni. Ini MK yang diyakini akan membuatmu menderita. Tugas-tugasnya seputar membuat program berita radio individu, dan kelompok, serta mebuat program berita televisi. Bang Soni sudah bisa dipastikan yang memberi tugas kedua ini, dan bisa dipastikan juga ini sama sekali tidak sederhana.

Keenam, Promosi dan Periklanan. Dosennya adalah kepala perpustakaan Unhas, Pak Noerjihad. Kuliah bertempat di beberapa titik di perpustakaan. Tidak banyak yang bisa diceritakan, karena dosennya jarang masuk.

Ketujuh, Human Relation. Dosen paruh semester pertama adalah sang ketua jurusan, Pak Nadjib. Luar biasa, bahasa pengantar MK adalah bahasa Inggris. Bahan MK juga referensi berbahasa Inggris. Kadang prensentasi berbahasa Inggris. Dosen paruh semester selanjutnya adalah Pak Subhan, seperti lumrahnya, Pak Subhan tidak mengadakan final dan hanya memberikan tugas-tugas serta penilaian dari keaktifan di kelas.

Kedelapan, Etnografi. Yang satu ini adalah MK lintas jurusan, lintas fakultas. Dosennya sendiri bukan orang komunikasi, tetapi selain debat common sense dalam kelas dan ruang kelas yang pengap, tak banyak yang bisa kuberitahukan.

Semester ini menghadapkanku pada satu titik balik yang aneh: saya ingin jadi anak prodi Public Relation. Saya menafikan cita-cita saya sejak dulu untuk merasakan profesi jurnalis. Tetapi melalui diskusi singkat, Kak Afni sudah memberitahukan saya, menjadi anak jurnal, memang tidak mudah. Ini adalah refleksi profesi jurnalistik kelak, inilah yang akan kami hadapi, mungkin lebih parah.

Setidaknya, selain semester tersibuk, semester ini merupakan semester paling produktifku sejauh ini. Setidaknya saya telah membuat beberapa opini untuk dikirim ke koran lokal. Saya dan teman-teman juga membuat dua karya jurnalistik radio, satu film pendek, satu liputan televisi, dan satu film dokumenter. Ini setimpal. Kalau orang Takalar bilang, worth it. Hehehe…
Pelajaran moral yang bisa diambil, kalau tak siap gila, jangan berpikir masuk komunikasi. ^^;

No comments: