Thursday, December 18, 2008

Kisah Wanita Tua yang Hafidz

Kisah ini dibacakan oleh Ustad Mutahhir Arif dalam khutbah ied silam, dari buku “Kepastian yang Sering Diragukan” yang ditulis oleh Al-Ustad Arif Marzuki Hasan. Aku sendiri mendengarnya sangat tersentuh dan termotivasi, karena itu kuposting di sini:
Salah satu kisah keyakinan yang memotivasi untuk menghafal al-Qur’an ialah kisah seorang ibu yang tadinya buta huruf, mulai belajar membaca Al-Qur’an pada saat ia berusia 55 tahun. Akhirnya, 13 tahun kemudian ia menghafal Al-Qur;an dengan sangat baik. Yaitu pada saat ibu itu berusia 68 tahun.

Ibu ini dipanggil Ummu Ahmad bercerita tentang kisahnya yang menarik:
“Saya bersuami seorang ustad di Qashim, Saudi Arabia, kami dikarunia beberapa orang anak.
Dalam perjalanan rumah tangga kami, suamiku tiba-tiba lumpuh, tidak dapat meninggalkan tempat tidur. Tapi walau demikian ia sangat rajin membaca Al-Qur’an dan mengulangi hafalannya. Saya selalu mendampinginya membaca Al-Qur’an, sayalah yang membalikkan lembaran-lembaran Al-Qur’an, karena dia tidak sanggup menggerakkan kedua tangannya.
Saya sangat tersentuh dengan kesungguhan suami saya membaca Al-Qur’an. Saya selalu mengatakan alangkah bahagianya sekiranya saya juga tahu membaca Al-Qur’an, saya buta huruf tidak tahu membaca dan tidak tahu menulis.
Bertahun-tahun saya merawat suami yang lumpuh sambil mendidik anak-anak. Akhirnya, Allah memanggil pulang suami saya, saat itu usia saya lima puluh lima tahun.
Sepeninggal suami, saya bertekan meneruskan perjuangannya, lalu saya membuka lembaga Tahfidzul Qur’an untuk wanita, dan sayalah pendaftar pertamanya. Saya langsung mengajak keluarga dan para tetangga, tapi mereka semua langsung mengejek saya, berusaha melemahkan semangat saya, mereka semua pesimis, karena saya buta huruh dan usia saya hampir enam puluh tahun, bagaimana mungkin saya bisa menghafal Al-Qur’an? Tap ejekan dan cemoohan mereka semakin menguatkan keyakinan saya bahwa jalan yang saya tempuh benar dan saya yakin bahwa saya bisa!
Setiap hari saya ke tahfidzul Qur’an untuk belajar membaca Al-Qur’an. Saya menghadapi banyak kendala karena daya ingat yang telah menurun, apalagi saya juga bekerja untuk menafkahi anak-anak, saya kemudian mendapatkan tambahan ujian yaitu anak-anak yatim saudaraku yang telah meninggal tidak lama ini dititipkan pada saya.
Di tengah semua beban berat itu, setiap hari saya ke Tahfidzul Qur’an, terus mengaji dan menghafal sedikit demi sedikit. Akhirnya, saya mengkhatamkan hafalan al-Qur’an setelah 13 tahun. Hafalan saya, Alhamdulillah lancar dan sangat baik. Di samping itu saya juga mempelajari ilmu-ilmu tauhid, fiqhi, muamalat dan akhlaq. Dan yang terpenting adalah saya telah mendapatkan sahabat-sahabat yang sholehah, yang senantiasa menambah keyakinanku, yang oleh keberadaan merekalah, saya tidak pernah berkumpul dengan ibu-ibu yang senang berghibah dan bercerita hal-hal yang tidak bermanfaat.
Sekarang, setiap kali saya merasa sedih, atau susah, atau ada masalah yang saya hadapi, atau yang memancing saya untuk marah, terasa sesak atau merasa malas, segera saya berwudhu, lalu sholat kemudian membaca Al-Qur’an sembari mengulangi hafalan. Setelah itu saya kembali kuat, berbahagia, dan bersemangat lagi.
Sekarang tahfidzul qur’an yang saya dirikan, sudah ramai dikunjungi oleh ibu-ibu dan remaja putri. Ada thalibah (santri) kami yang berusia 70 tahunm, sangat rajin dan bersungguh-sungguh belajar mengaji dan menghafal Al-Qur’an. Adapula yang berusia 80 tahun, berjalan memakai dua tongkat karena sakit, tapi nenek inilah santri yang paling bersemangat. Kami terharu melihat mereka. (dari kitab: Nisaa’ La Ya’rifnal Ya’s oleh: Syekh Ahmad Salim bin Ba Duwailin)

1 comment:

kulenker said...

Mau konsultasi online seputar menghafal al qur'an?
klik http://tahfizh.blogspot.com
ada buku gratis petunjuk menghafal al qur'an